Startup Kesehatan saat Pandemi: Berkilau tapi Belum Dilirik Investor

Desy Setyowati
24 September 2020, 13:05
Transaksi Melonjak tapi Belum Ada Hilal Pendanaan ke Startup Kesehatan
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO
Ilustrasi

Transaksi startup kesehatan seperti Halodoc dan Good Doctor melonjak saat pandemi corona. Perusahaan rintisan di sektor ini bahkan diprediksi menjadi unicorn Tanah Air selanjutnya. Namun belum ada ‘hilal’ pendanaan baru hingga saat ini.

Berdasarkan catatan Katadata.co.id, setidaknya ada 56 startup yang mendapatkan dana segar pada semester I. Sektor yang kebanjiran investasi yakni e-commerce, teknologi finansial (fintech), dan pendidikan.

Advertisement

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, berdasarkan data pendanaan yang dipublikasikan (publicly available), memang belum ada startup kesehatan yang mendapatkan suntikan modal sejak awal tahun ini. Padahal penggunaan layanannya melonjak di masa pandemi virus corona ini.

Pandemi Covid-19 merupakan waktu yang paling tepat untuk melayani sub-segmen, karena mobilitas dibatasi. “Mengapa belum menonjol untuk sub-segmen lain? Mungkin banyak faktor seperti kesiapan produk, kerja sama antara pihak publik dan privat, dan lainnya,” kata Nicko kepada Katadata.co.id, Kamis (24/9).

Selain itu, valuasi perusahaan rintisan cenderung terkoreksi tahun ini, termasuk unicorn. Tentunya startup semakin berhati-hati dalam mengevaluasi performanya. “Untuk menentukan apakah perlu memulai pendanaan sekarang, karena investor semakin berhati-hati dalam menilai masing-masing startup,” ujar dia.

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AmvesindoJefri R Sirait sepakat bahwa startup kesehatan terus berinovasi terkait layanan di tengah pandemi. Proses investasi pun tetap berjalan, meski tidak semuanya diumumkan.

Selain itu, “kecenderungan para investor menanti momentum juga,” kata Jefri kepada Katadata.co.id.

Berdasarkan data Frost and Sullivan, nilai industri kesehatan di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 21 triliun pada tahun lalu, meningkat dari US$ 7 triliun saat 2014.

Namun Analis NH Korindo Sekuritas  Putu Chantika mencatat, penjualan obat-obatan menurun saat pandemi. Ini karena aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi, sehingga kunjungan ke rumah sakit berkurang.

Masyarakat memang beralih ke layanan kesehatan digital untuk memperoleh obat-obatan atau konsultasi kesehatan. “Namun tantangan saat ini, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kemungkinan menghambat distribusinya,” ujar Putu kepada Katadata.co.id.

Halodoc misalnya, mencatatkan peningkatan tes Covid-19 lebih dari 60% dibandingkan April. “Ada peningkatan beberapa produk sejak Maret hingga Agustus seperti chat dokter dan tes virus corona,” kata VP Marketing Halodoc Felicia Kawilarang kepada Katadata.co.id.

Setidaknya ada lima layanan yang paling sering diakses di platform yakni konsultasi dengan dokter lewat fitur percakapan, tes kesehatan dan risiko Covid-19, membuat janji di rumah sakit, dan kesehatan jiwa.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta sempat menyampaikan, permintaan meningkat 700% selama pandemi. Pendapatan pun meningkat 20 kali lipat saat penerapan kebiasaan baru (new normal) dibandingkan Maret. 

“Perubahan kebiasaan masyarakat berimbas positif. Dari sisi transaksi dan nilai ekonomi tumbuh signifikan," kata Jonathan saat mengikuti Webinar Bicara Data Virtual Series "Covid-19: Distruptor Atau Enabler Bisnis Startup", Juni lalu (19/6).

Startup kesehatan lainnya, Good Doctor juga mencatat permintaan konsultasi mencapai 10 ribu dalam sehari saat pandemi. Penggunaan layanan pun melonjak delapan hingga 10 kali sejak Maret.

“Permintaan sempat menurun pada Juli, tetapi meningkat lagi,” kata Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana beberapa waktu lalu (22/9).

Keluhan yang paling banyak disampaikan saat konsultasi yakni terkait gejala penyakit umum, kulit, dan kesehatan anak. Selain konsultasi kesehatan, pembelian obat di platform meningkat.

Namun startup kesehatan yang terakhir dilaporkan menerima suntikan dana yakni Alodokter. Perusahaan ini memperoleh pendanaan seri C US$ 33 juta atau sekitar Rp 468 miliar pada Oktober lalu.

Dana itu didapat dari Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, dan lainnya. Investor terdahulu seperti SoftBank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures turut berpartisipasi.

Pada Maret lalu, startup itu mencatat kunjungan ke halaman informasi utama platform mencapai dua juta.

Sedangkan Halodoc meraih pendanaan seri B US$ 65 juta atau sekitar Rp 920 miliar pada Maret tahun lalu. Investasi ini dipimpin oleh UOB Venture Management.

CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro sempat mengatakan, modal ventura cenderung melihat data per sektor ketimbang pertumbuhan ekonomi. “Layanan e-commerce rata-rata naik. Begitu juga startup pendidikan dan kesehatan," kata Eddi kepada Katadata.co.id, Juli lalu (21/7).

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement