Investor Singapura Ungkap Alasan Alibaba Incar Grab
Alibaba Group Holding dikabarkan dalam pembicaraan dengan Grab terkait investasi US$ 3 miliar atau sekitar Rp 44,5 triliun. Bos perusahaan venture builder berbasis di Singapura, Momentum Works, Li Jianggan mengungkapkan beberapa hal yang mungkin menjadi alasan bagi raksasa e-commerce asal Tiongkok ini mengincar Grab.
Jianggan mengatakan, Alibaba merambah banyak sektor dan negara, melalui anak usaha maupun perusahaan yang disuntik modal. Dengan persaingan yang semakin ketat di Tiongkok, pasar Asia Tenggara menjadi semakin penting bagi perusahaan.
“Grup berupaya mendiversifikasi sumber pendapatannya secara global,” demikian kata Pendiri dan CEO Momentum Works Li Jianggan, dikutip dari ChannelNewsAsia, kemarin (23/9). “Supaya tetap relevan di Asia Tenggara, Alibaba perlu menilai ulang strateginya dan membuat penyesuaian besar dalam operasi dan investasi.”
Grab dinilai mirip dengan pesaing Alibaba di Tiongkok, yakni Meituan. Decacorn asal Singapura ini menyediakan layanan pesan-antar makanan dan logistik di regional.
Selain itu, Grab sudah masuk ke pasar keuangan melalui Grab Financial. “Apa yang ditawarkan Grab melengkapi area fokus Alibaba, dalam bisnis e-commerce dan teknologi finansial (fintech),” demikian dikutip.
Jianggan menilai, Grab sangat cocok dengan apa yang diinginkan Alibaba, yaitu infrastruktur logistik on-demand, pengetahuan regional, dan jaringan mitra yang mapan di setiap negara di Asia Tenggara.
Secara strategis, masuk akal bagi Alibaba untuk berinvestasi di Grab. Apalagi investor Grab, SoftBank memiliki saham di Alibaba.
Sedangkan Grab dinilai tidak memiliki eksposur yang kuat pada layanan e-commerce. Jika Alibaba jadi masuk, decacorn ini bisa bermitra dengan Lazada.
Sumber Reuters memang sempat mengatakan, Alibaba berencana mengintegrasikan layanan jaringan pengiriman Grab dengan platform e-commerce, Lazada. Ini dinilai dapat meningkatkan pertumbuhan pengguna Lazada, yang bersaing dengan Shopee
Suntikan dana dari Alibaba juga akan memperkuat daya saing Grab dalam melawan Gojek dan Delivery Hero di regional. “Perusahaan dapat fokus membangun layanannya sekaligus menjaga perusahaan tetap berada di jalur profitabilitas,” demikian dikutip.
Namun investasi itu kemungkinan akan memperkuat potensi OVO dan DANA merger. Kabar ini berhembus sejak awal tahun ini.
OVO didukung oleh Grab, sementara unit bisnis keuangan Alibaba yakni Ant Financial dibalik DANA. “Lebih banyak pembicaraan seperti itu (merger), mungkin menyusul,” demikian dikutip.
Meski begitu, ada beberapa tantangan terkait potensi investasi tersebut. Pertama, kecenderungan Alibaba mengontrol perusahaan portofolionya, meskipun memiliki pemahaman yang lebih rendah tentang pasar Asia Tenggara.
Banyak yang mengatakan, itu terjadi pada Lazada dan ele.me. “Beberapa eksekutif Alibaba yang dikirim ke Lazada memiliki kecenderungan alami untuk mendorong hal-hal dilakukan dengan cara perusahaan,” kata Jianggan.
Oleh karena itu, ada potensi ketegangan antara Grab dan Alibaba. Kedua, perlu upaya besar untuk menyelaraskan visi dan harapan Grab, karena ada banyak pemangku kepentingan yang terlibat.
Baru-baru ini, Grab juga dikabarkan dalam pembicaraan dengan investor untuk mendapatkan investasi US$ 300 juta hingga US$ 500 juta (Rp 4,4 triliun-Rp 7,4 triliun). Dana segar ini disebut-sebut untuk memperkuat bisnis keuangannya.
Sumber Reuters yang menolak diidentifikasi sebagai calon investor yang belum dipublikasikan, mengungkapkan bahwa Prudential Plc dan AIA Group Ltd terlibat dalam pendanaan tersebut. "Perusahaan asuransi kemungkinan akan berkontribusi setengah dari target," demikian kata sumber, dikutip dari Reuters, beberapa waktu lalu (8/9).