Ragam Teknologi Startup untuk Tangkal Penipuan Magis

Fahmi Ahmad Burhan
10 Oktober 2020, 10:00
Ragam Teknologi Startup untuk Tangkal Penipuan Magis
123RF.com/rawpixel
Ilustrasi keamanan internet

Penipuan dengan cara mengelabui calon korban untuk mendapatkan data pribadi, atau dikenal phising, marak terjadi di Indonesia. Hal ini memacu sejumlah perusahaan rintisan, khususnya bidang keuangan dan yang mengelola data banyak pengguna, untuk mengadopsi beragam teknologi.

Kepolisian mencatat ada 649 laporan terkait penipuan online sejak awal tahun ini. Selain itu, 39 aduan mengenai pencurian data dan 18 peretasan sistem elektronik.

Advertisement

Ada beberapa kasus phising dengan modus rekayasa sosial (social engineering) di Tanah Air. Yang terbaru, sejumlah pengguna layanan Jenius mengaku ditipu oleh seseorang mengatasnamakan perusahaan.

Pelaku menggunakan fitur PopCall sebelum menelepon korban, supaya panggilan seolah-olah resmi. Selanjutnya, penipu berpura-pura menjadi petugas Jenius dan menanyakan data diri pengguna. Informasi ini akan digunakan untuk masuk ke akun target.

PopCall adalah layanan untuk menampilkan teks pada layar ponsel penerima panggilan, yang muncul sesaat sebelum telepon berdering. Beberapa perusahaan telekomunikasi menyediakan fitur ini, salah satunya Telkomsel.

Itu merupakan salah satu cara penipuan dengan modus phising, yang juga dikenal manipulasi psikologis (magis). “Faktor penentunya ada pada pengguna, untuk dapat mengamankan diri dari segala bentuk penipuan,” ujar Peneliti Keamanan Siber Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha kepada Katadata.co.id, Kamis lalu (8/10).

Namun, berdasarkan Global World Digital Competitiveness Index yang dirilis oleh Institute for Management Development (IMD), literasi digital Indonesia menempati urutan 56 dari 63 negara.

Di satu sisi, pengguna layanan keuangan berbasis digital terus meningkat, khususnya saat pandemi corona. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), transaksi digital meningkat 37,8% dibandingkan sebelum adanya pegebluk Covid-19.

Penggunaan uang elektronik juga naik 65%, sebagaimana Databoks di bawah ini:

Tingginya penggunaan layanan di saat literasi digital masyarakatnya rendah dapat mendorong pelaku kejahatan siber melakukan phising. “Masyarakat, terutama usia lanjut yang tidak paham digital, bisa dengan mudah terjebak penipuan,” kata Pratama.

Kondisi tersebut mendorong beberapa perusahaan untuk berinovasi dalam hal teknologi guna memitigasi penipuan magis. Gojek misalnya, menerapkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) hingga algoritme.

AI mempelajari kebiasaan pengguna. Dari data-data yang dipelajari, kecerdasan buatan mengidentifikasi berbagai jenis penggunaan aplikasi secara ilegal.

Penggunaan AI dan algoritme masuk dalam program Gojek SHIELD. Teknologi ini disematkan juga pada fitur keamanan berbasis biometrik, seperti sidik jari dan pengenalan wajah.

"Pelanggan dapat memilih opsi keamanan biometrik (sidik jari) atau verifikasi muka sebelum bertransaksi," kata Head of Corporate Affairs GoPay Winny Triswandhani dalam Serial Webinar Nasional bertajuk ‘Semangat Bulan Inklusi Finansial: Aman dan Nyaman Bertransaksi Online’, Kamis lalu (8/10).

Fitur verifikasi wajah diklaim dapat menjamin kesesuaian data dan informasi mitra pengemudi. Selain itu, bisa meningkatkan keamanan akun mitra dari potensi penyalahgunaan.

Pada akun mitra penjual (merchant), Gojek menerapkan keamanan berlapis yakni nomor identifikasi pribadi (PIN), kode verifikasi One-Time Password (OTP), dan fitur kelola pengguna GoBiz.

Sejumlah teknologi itu dikembangkan mengingat Gojek memiliki 20 lebih layanan, salah satunya terkait keuangan yakni GoPay. Aplikasinya juga sudah diunduh 190 juta kali, yang menjadi gambaran jumlah pengguna. Sedangkan mitra pengemudi mencapai dua juta dan penjual 500 ribu lebih.

Pesaingnya, yakni Grab juga mengadopsi AI. Perusahaan penyedia layanan on-demand asal Singapura ini menerapkan Grab Defence untuk memitigasi risiko kejahatan siber, termasuk penipuan magis.

Teknologi itu digunakan untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan pada aplikasi. "Kami menjadikan keamanan dan keselamatan mitra pengemudi dan pelanggannya sebagai prioritas utama," kata juru bicara Grab Indonesia kepada Katadata.co.id, Rabu (7/10).

Grab juga mengaplikasikan verifikasi wajah bagi mitra pengemudi dan pengguna sejak tahun lalu. Decacorn ini memiliki sembilan juta mitra dan agen di delapan negara. Sedangkan aplikasinya diunduh 198 juta kali lebih.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement