Fintech Pembiayaan Gencar Gaet Bank di Tengah Lonjakan Kredit Macet

Fahmi Ahmad Burhan
14 Oktober 2020, 13:34
Fintech Pembiayaan Gencar Gaet Bank di Tengah Lonjakan Kredit Macet
Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
(ki-ka) Sri Mulyani Menteri Keuangan Indonesia, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triyono Gani, Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia dan moderator dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center,  Jakarta (23/9).

Perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) seperti Modal Rakyat, Investree, dan UangTeman gencar berkolaborasi dengan perbankan saat pandemi corona. Ini dinilai dapat meningkatkan penyaluran pinjaman ke sektor produktif, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tengah meningkatnya kredit macet.

Modal Rakyat dan BRI mengumumkan kerja sama strategis kemarin. BRI berkomitmen menyalurkan pembiayaan hingga Rp 30 miliar untuk UMKM melalui Modal Rakyat.

“Kami berharap kerja sama ini bisa mengakselerasi inklusi keuangan, terutama mendukung para pelaku UMKM dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19,” ujar CoFounder Modal Rakyat Stanislaus MC Tandelilin dikutip dari siaran pers, kemarin (13/10).

Penyaluran pinjaman dari BRI itu akan diutamakan untuk pelaku usaha kecil dan menengah. Besaran kreditnya rerata Rp 250 juta.

Saat ini, Modal Rakyat menggaet lebih dari 45 ribu pemberi pinjaman. Stanis berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak instansi, selain sektor keuangan. “Tidak hanya kolaborasi dan kerja sama antarindustri, kesadaran masyarakat akan pentingnya mendukung perkembangan UMKM masih sangat diperlukan,” katanya.

Modal Rakyat terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak Juni 2018. Fintech lending ini telah menyalurkan pinjaman Rp 550 miliar lebih kepada sekitar empat ribu peminjam.

Selain ModalRakyat, Investree menggaet Bank Mandiri untuk menyalurkan pinjaman dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kemitraan ini berlangsung selama Juli hingga September lalu.

Skema kerja sama itu channeling, yang artinya Investree menjadi perpanjangan tangan Bank Mandiri untuk menyalurkan pembiayaan. Badan usaha milik negara (BUMN) ini pun berhak menentukan penerima pinjamannya.

Bank Mandiri juga bisa memanfaatkan teknologi penilaian kredit (credit scoring) milik Investree. Ini dapat membantu perusahaan memetakan UMKM mana yang cocok untuk diberikan pinjaman, sekaligus mengukur risiko kreditnya.

"Kami juga menyediakan proses dan mekanisme yang cepat, sehingga UKM dapat memperoleh manfaat dana PEN dengan segera,” ujar Co-Founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi, dikutip dari siaran pers, September lalu (7/9).

Penyelenggara fintech lending lainnya, UangTeman juga menggaet pemberi pinjaman institusi, yakni Bank Sampoerna. Ini bertujuan memperkuat penyaluran pembiayaan ke sektor produktif, khususnya UMKM.

Namun, nilai kerja samanya tidak disebutkan. VP Corporate Finance and Investor Relations UangTeman Irfan Sidik hanya mengatakan, nominalnya cukup signifikan dan bisa membantu masyarakat memulai usaha kecilnya di tengah pandemi virus corona.

SVP Head of Corporate Affairs UangTeman Roberto Sumabrata menambahkan, kerja sama ini untuk memitigasi risiko kredit macet dengan mengandalkan teknologi credit scoring. "Kami berharap ini dapat menjadi salah satu media pendorong digitalisasi UMKM di Indonesia," ujarnya dikutip dari siaran pers, pekan lalu (7/10).

Selain menggaet perbankan, UangTeman bekerja sama dengan beberapa lembaga pemerintah seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakrjaan (BPJSTK), Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil), dan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).

Sebelumnya OJK mendorong penyelenggaran fintech lending berkolaborasi dengan perbankan. Ini bertujuan meningkatkan penyaluran pinjaman pada sektor produktif seperti UMKM.

"Fintech lending memiliki data riil masyarakat kalangan bawah, mereka punya big data terkait masalah UMKM," kata Analis Senior Direktorat Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Tomi Joko Irianto saat konferensi pers virtual, September lalu (29/9).

Apalagi OJK mencatat, penyaluran pinjaman oleh fintech lending ke sektor produktif masih minim, yakni 34% dari total pembiayaan Rp 113,46 triliun per Juni. Mayoritas penyaluran kreditnya menyasar sektor konsumtif yaitu 66%.

OJK sebenarnya sudah membuat aturan yang mewajibkan penyelenggara fintech lending menyalurkan 20% ke sektor produktif. Namun, regulasi ini dinilai tidak cukup.

OJK berharap, dari kolaborasinya dengan perbankan fintech lending bisa menambah dana pinjaman untuk UMKM. Apalagi, di masa pandemi, UMKM banyak yang terpukul. “Harapannya (pinjaman produktif) sampai 60% dari total,” kata Tomi.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) juga mendorong anggotanya untuk memperluas kolaborasi dengan berbagai ekosistem, termasuk perbankan. Ini bertujuan memitigasi risiko kredit macet.

"Ada lembaga keuangan atau ekosistem teknologi lain seperti e-commerce dan berbagi tumpangan (ride-hailing). Itu potensial karena terus tumbuh," ujar Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi pada beberapa waktu lalu (7/10).

Rasio kredit macet atau tingkat wanprestasi pengembalian pinjaman di atas 90 hari (TWP 90) layanan fintech lending memang terus meningkat. Per Agustus, nilainya mencapai 8,88%.

Itu karena tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman di bawah 90 hari (TKB 90) yang terus menurun sejak awal tahun ini. Penurunan ini menunjukkan bahwa keterlambatan peminjam membayar cicilan atau TWP meningkat.

Besaran TKB per Agustus 91,12%, sehingga TWP-nya mencapai 8,88%. “Laporan pinjaman macet seluruh platform dilaporkan bulanan ke OJK,” kata juru bicara OJK Sekar Putih Djarot kepada Katadata.co.id, Senin lalu (12/10).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...