Gurihnya Potensi Bisnis Social Commerce yang Diincar Gojek

Desy Setyowati
20 Oktober 2020, 17:00
e-commerce, social commerce, gojek, gostore,
123RF.com/macrovector
Ilustrasi keterhubungan dalam media sosial.

Perusahaan penyedia layanan on-demand, Gojek dikabarkan bakal meluncurkan layanan baru melalui Moka yang diberi nama GoStore. Produk ini disebut-sebut bakal menghubungkan bisnis pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan media sosial, yang konsepnya mirip dengan social commerce.

Pada situs Mokaposhelp.zendesk.com, GoStore merupakan etalase yang memungkinkan pedagang membuat toko online sendiri dan terhubung ke media sosial untuk menjangkau lebih banyak pengguna. Moka merupakan startup kasir digital (point of sale/POS) yang diakuisi Gojek pada April lalu.

Advertisement

Berdasarkan laporan McKinsey, social commerce adalah platform yang memfasilitasi jual-beli produk melalui media sosial. Sedangkan e-commerce memfasilitasi transaksi, termasuk pembayaran dan pengiriman.

Meski begitu, pada situs Moka dijelaskan bahwa GoStore memungkinkan pengguna untuk membayar dan menerima pesanan langsung dari media sosial. Platform ini akan didukung beragam layanan pembayaran seperti kartu debit dan kredit, serta dompet digital (e-wallet). Selain itu, difasilitasi jasa pengiriman instan.

Gojek belum mau berkomentar mengenai benar tidaknya akan membuat GoStore. Namun VP Corporate Communication Gojek Audrey Petriny menyampaikan bahwa perusahaan akan terus berinovasi menghadirkan layanan terbaru untuk mendukung UMKM.

“Itu agar UMKM terus maju dan lebih mudah menerapkan digitalisasi pada setiap langkah operasional bisnis sehari-hari," ujar Audrey kepada Katadata.co.id, kemarin (19/20).

Jika Gojek benar meluncurkan GoStore, maka layanannya yang berfokus mendukung UMKM semakin lengkap. Decacorn ini memiliki GoBiz, aplikasi untuk mengelola bisnis.

GoBiz menyediakan fitur sistem kasir atau POS, promosi,  monitor penjualan melalui dasbor digital, pengiriman makanan via GoFood, dan pembayaran dari GoPay. Platform ini digunakan oleh 600 ribu lebih mitra penjual (merchant).

Selain itu, Gojek memiliki GoFood dengan 500 ribu lebih mitra. Yang terbaru, meluncurkan platform GoToko dengan model business to business (B2B) pada pertengahan bulan lalu (10/9).

GoToko melayani pembuatan toko online, pemesanan barang dagangan dari produsen hingga pengiriman barang. Gojek menggandeng Unilever untuk menyediakan produk bagi pemilik warung.

Startup skala jumbo itu menyasar para pemilik warung melalui GoToko. Berdasarkan riset CLSA pada September 2019, tiga juta warung kelontong berkontribusi hampir 80% terhadap pasar ritel Indonesia. Namun 80% lebih atau sekitar 2,5 juta warung di antaranya masuk kategori underserved atau kurang terlayani. 

Sedangkan menurut riset Euromonitor International, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong pada 2019. Sektor ini berkontribusi 92% terhadap total nilai pasar retail US$ 521 miliar, sebagaimana bagan Databoks di bawah ini:

Kini, Gojek digadang-gadang bakal merambah social commerce melalui GoStore. Berdasarkan data RedSeer, e-commerce menjadi layanan yang dicoba oleh banyak masyarakat saat pandemi corona.

Hasil survei McKinsey bertajuk ‘Indonesian Consumer Sentiment During the Coronavirus Crisis’ pada Juli lalu, menunjukkan bahwa pembelian kebutuhan sehari-hari dan makanan secara online meningkat dibandingkan sebelum adanya pandemi Covid-19.

Dalam laporan McKinsey berjudul ‘The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development’ pada 2018, penjualan di e-commerce diprediksi tumbuh delapan kali lipat menjadi US$ 40 miliar pada 2022.

Sedangkan penjualan di social commerce diramal US$ 25 miliar. Proyeksi ini belum menghitung dampak pandemi virus corona.

Namun, Facebook dan Bain and Company memperkirakan nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar, karena pandemi.

Berdasarkan survei KIC terhadap 206 UMKM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), tujuan utama pelaku usaha menggunakan internet selama pandemi yakni memasarkan produk melalui media sosial. Ini terlihat pada Databoks berikut:

Selain toko fisik, media sosial menjadi andalan pelaku usaha untuk memperjualbelikan produknya di Indonesia. Setelah itu baru e-commerce, sebagaimana bagan Databoks di bawah ini:

Hasil survei itu selaras dengan riset Paxel bertajuk ‘Paxel Buy & Send Insights’ pada 2019, bahwa mayoritas UMKM memilih berjualan di media sosial. Alasannya, karena penggunaannya lebih mudah.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement