1001 Cara Berbisnis Kuliner Secara Online di Masa Pandemi

Desy Setyowati
2 November 2020, 08:00
Pandemi Corona Ciptakan 1001 Cara Berbisnis Kuliner Secara Online
shutterstock
Ilustrasi, platform pesan-antar makanan

Baru tiga bulan Dodi Sandra membuka dua toko online pempek Pistel Kiarin di GoFood, wabah virus corona masuk Indonesia. Ketika itu Dodi agak khawatir usahanya akan mandeg. "Saya pasrah,” kata Dodi dikutip dari akun YouTube resmi Gojek, Rabu lalu (28/10).

Dodi melanjutkan berjualan ditambah menyediakan menu-menu gratis untuk mitra pengemudi yang mengambil pesanan. Di masa awal pandemi corona, mitra pengemudi mengalami hantaman karena ada larangan mengangkut penumpang. “Pesanan justru meningkat,” kata Dodi.

Advertisement

Dia memperkirakan sekitar 70% pesanannya masuk lewat layanan online selama pandemi corona. Untuk terus menjaga pemasukan, Dodi gencar mengikuti program promosi dan bergabung dengan komunitas partner GoFood untuk mendapatkan informasi seputar tren kuliner. Dia juga gencar mempromosikan tokonya di grup WhatsApp.

Pemilik usaha Ayam Geprek Bu Deasy di Bali, David Gunawan juga omzetnya naik di tengah pagebluk Covid-19. David yang bergabung menjadi mitra GrabFood sejak 2017, merasakan berjualan online membantunya mempertahankan bisnis sehingga tak perlu memecat karyawan.

“Kami terus berinovasi untuk bisa bertahan seperti memfokuskan bisnis di GrabKitchen. Selain itu, membuat beberapa menu baru seperti paket hemat agar terjangkau oleh masyarakat,” kata dia pada Juni lalu.

Pemilik usaha Ayam Geprek Bu Deasy di Bali, David Gunawan
Pemilik usaha Ayam Geprek Bu Deasy di Bali, David Gunawan (Grab)

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat, ada 5,55 juta usaha kuliner di Indonesia, atau 67,7% dari total 8,2 juta bisnis ekonomi kreatif pada 2018. Pertumbuhannya rerata 9,82% dalam tujuh tahun terakhir. Namun, sekitar 60% usaha kuliner di Nusantara terpukul pandemi Covid-19.

Bukan hanya UMKM, pemegang merek (brand) kuliner bersiasat di masa pandemi, seperti Raa Cha Suki & BBQ, Imperial Kitchen hingga HokBen yang membuat makanan beku (frozen food). Sedangkan Maxx Coffee, Starbucks, Kopi Kenangan hingga Fore berinovasi menyediakan kopi literan hingga minuman sehat.

Kopi literan hingga makanan beku tersebut dijual melalui e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak hingga pesan-antar makanan GrabFood dan GoFood. Ini kemudian mendorong para perusahaan untuk meluncurkan fitur baru sesuai kebutuhan para pelaku usaha kuliner.

Shopee misalnya, meluncurkan fitur Shopee Food pada April lalu. “Kami melihat tren pembelian produk makanan secara berulang dalam sebulan meningkat empat kali lipat,” kata Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (13/10).

shopee food
Shopee food (Katadata/Desy Setyowati)

Pada Juni lalu, External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya juga mengatakan bahwa makanan siap masak merupakan produk yang paling banyak dicari di platform. Ini masuk empat kategori produk paling populer.

Grab dan Gojek yang lebih dulu memulai bisnis pesan-antar makanan pun tak mau kalah. Keduanya menerapkan standar protokol kesehatan seperti fitur yang memastikan bahwa suhu tubuh mitra pengemudi yang mengantar tidak tinggi dan kendaraan sudah didisinfeksi.

Kedua decacorn itu juga menyediakan fitur khusus makanan siap saji. Selain itu, Grab meluncurkan bazar online untuk mempromosikan 52 ribu mitra penjual (merchant) pada 26-28 Oktober lalu.

Sedangkan Gojek menutup layanan pujasara GoFood Festival dan meluncurkan restoran berbasis komputasi awan (cloud kitchen) bernama Dapur Bersama pada awal Juli lalu. Grab juga memiliki layanan serupa yang diberi nama GrabKitchen.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan, Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement