Kapitalisasi Pasar Startup Jumbo, Kominfo Perlu Atur Sektor Teknologi
Kapitalisasi pasar startup terus membesar, dan disebut-sebut melampaui perusahaan telekomunikasi di Indonesia hanya dalam delapan tahun. Oleh karena itu, Presiden Komisaris SEA Group Indonesia Pandu Patria Sjahrir menilai bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) perlu mengatur sektor teknologi.
Pandu mencatat, kapitalisasi pasar startup sekitar US$ 50 juta pada delapan tahun lalu. “Sekarang, kalau digabung semua perusahaan teknologi yang berbisnis di Indonesia, nilainya lebih besar dibandingkan telekomunikasi,” kata dia dalam webinar bertajuk 'Strategi Mempercepat Pemulihan Ekonomi dari Krisis' yang diselenggarakan oleh Katadata.co.id, Selasa (2/11).
Pertumbuhan sektor teknologi saat pandemi corona bahkan diprediksi melonjak, karena masyarakat beralih ke beragam layanan digital. Sektor ini juga menjadi salah satu penyumbang modal asing terbesar.
Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah menyiapkan regulasi yang tepat untuk sektor teknologi. “Bayangkan, Indonesia belum ada peraturan terkait teknologi,” kata Pandu. “Ini berkembang pesat. Mau tidak mau perlu ada regulasinya.”
Selain dari sisi bisnis, regulasi itu dinilai penting untuk mendorong perekonomian. “Bagaimana melihat lima sampai 10 tahun ke depan, (sektor teknologi) bisa mengubah manufaktur menjadi smart manufacturing,” kata dia.
Sebelumnya, Mantan Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan bahwa valuasi Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia melampaui empat operator seluler yakni Indosat, XL, Smart, dan Hutchison 3. “Padahal, perusahaan seluler ada yang telah berdiri 40 tahun,” kata dia kepada Katadata.co.id, Juli 2018 lalu (9/7/2018).
Saat itu, ia mengatakan bahwa pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator dan akselerator. Ini karena ada banyak startup yang memerlukan pendanaan dan ekosistem yang baik untuk tumbuh.
Kini, ekosistem startup kian berkembang dan muncul sektor-sektor baru. Selain itu, teknologi bukan lagi hanya diadopsi oleh perusahaan digital, tetapi juga konvensional.
Untuk industri pengolahan misalnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memprediksi tumbuh minus 0,5-2,4% tahun ini. Namun, “kami optimistis bisa tumbuh positif 4,7-5,5% pada 2021,” ujarnya dalam acara bertajuk Startup4Industry, Oktober lalu (14/10).
Oleh karena itu, ia mengimbau pemain di industri pengolahan menyesuaikan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19 agar target tersebut bisa tercapai. "Inovasi dan teknologi menjadi kunci penting," katanya.
Agus menilai, teknologi dapat membantu perusahaan menerapkan protokol kesehatan. Dengan begitu, ia optimistis produktivitas industri pengolahan bisa meningkat jika menyesuaikan diri di masa pagebluk virus corona ini.
Ia mencontohkan bahwa perusahaan yang memanfaatkan IoT, mampu menurunkan biaya produksi 12-15%. Teknologi lain yang bisa dimanfaatkan yakni komputasi awan (cloud) hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).