Kans Ruangguru dan Alodokter Jadi Unicorn ke-6 Indonesia saat Pandemi

Desy Setyowati
3 November 2020, 16:25
Kans Ruangguru dan Alodokter Jadi Unicorn Ke-6 Indonesia saat Pandemi
123rf.com
Ilustrasi. Startup pendidikan dan kesehatan digadang-gadang bakal jadi unicorn sejak 2018.

Startup pendidikan (edutech) dan kesehatan (healthtech) belum satu pun berstatus unicorn, meski digadang-gadang menjadi incaran investor sejak 2018. Di tengah pandemi corona, transaksi perusahaan rintisan di kedua sektor ini pun melonjak dan memperbesar peluang untuk meningkatkan valusi.

Pada awal tahun, setidaknya empat startup pendidikan meraih pendanaan yakni Arkademi, Pahamify, Gredu, dan Zenius. Pada kuartal II dan III, empat lainnya yaitu Eduka, ProSpark, Infradigital, dan Kiddo memperoleh dana segar.

Advertisement

Meski begitu, berdasarkan data Crunchbase, Ruangguru yang mendekati valuasi US$ 1 miliar (Rp 14 triliun) atau skala unicorn. Startup pendidikan ini meraih delapan kali investasi dan sudah berada pada putaran seri C.

Sedangkan startup kesehatan Indonesia belum memperoleh dana segar pada tahun ini. Padahal, CB Insights mencatat, pendanaan ke sektor ini secara global memecahkan rekor US$ 2,8 miliar untuk 162 kesepakatan pada kuartal III.

Namun, berdasarkan data Crunchbase, perusahaan rintisan kesehatan Indonesia yang masuk seri C yakni Alodokter. Sedangkan Halodoc pada tahap seri B dengan tiga kali pendanaan.

Direktur Utama Mandiri Capital Eddi Danusaputro mengatakan, startup pendidikan dan kesehatan memang diminati oleh investor saat pagebluk Covid-19. “Ini karena mereka menjawab kebutuhan konsumen dan terbukti sektor ini diminati selama pandemi,” katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (3/11).

Hal senada disampaikan oleh Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo. “Edutech dan healthtech mempunyai upside growth potential besar tahun depan, karena menjadi kebutuhan dasar setiap orang,” kata dia kepada Katadata.co.id.

Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) pada Juli lalu, penggunaan aplikasi belajar online meningkat di ASEAN imbas pagebluk virus corona. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks berikut:

Dari sisi healthtech, Frost and Sullivan memperkirakan nilai industri kesehatan di Indonesia US$ 21 triliun pada tahun lalu atau naik dari US$ 7 triliun saat 2014.

Meski begitu, peluang startup pendidikan dan kesehatan untuk menjadi unicorn keenam tergantung pada skala masing-masing perusahaan. “Kalau mereka sudah pendanaan empat kali atau seri D ke atas, mungkin saja menjadi unicorn,” ujar Eri.

Saat ini, Indonesia memiliki satu decacorn atau valuasinya US$ 10 miliar lebih (Rp 140 triliun) yakni Gojek. Selain itu, empat unicorn yaitu Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO.

Peluang Ruangguru Jadi Unicorn

Dari sektor pendidikan, Ruangguru digadang-gadang bakal menjadi unicorn sejak tahun lalu. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara bahkan menyapa CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara saat bicara soal startup jumbo dalam acara 10 Tahun Anniversary East Ventures pada Oktober tahun lalu.

Ruangguru pun mendapatkan pendanaan seri C US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun pada Desember 2019. Investasi ini dipimpin oleh modal ventura asal Amerika Serikat (AS), General Atlantic dan GGV Capital, dan diikuti oleh EV Growth, UOB Venture Management, serta beberapa investor.

Namun, Tech In Asia melaporkan bahwa valuasi perusahaan rintisan itu diprediksi hanya US$ 500 juta atau sekitar Rp 7 triliun. Nilainya masih jauh di bawah skala unicorn.

Meski begitu, Ruangguru masuk dalam daftar 50 perusahaan pendidikan paling transformatif di dunia, menurut Global Silicon Valley (GSV) pada bulan lalu. Startup edutech ini menjadi satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara.

Sejak awal tahun, perusahaan juga menggaet lima juta konsumen baru. Layanan Sekolah Online Ruangguru Gratis juga telah digunakan oleh 10 juta pelajar.

Peningkatan penggunaan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengimbau guru dan pelajar menggelar proses belajar mengajar dari rumah saat pandemi. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan per 13 April menunjukkan, ada 68,73 juta siswa yang harus belajar dari rumah.

Meski begitu, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menilai bahwa penyedia aplikasi konferensi video seperti Zoom dan Google Meet lebih diuntungkan selama pandemi corona.

Berdasarkan survei DailySocial dan JakPat, Zoom dan Google Meet lebih banyak digunakan ketimbang Ruangguru. Angkanya tertera pada Databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement