Sasar Pencinta Olahraga, Aplikasi Nafas Adopsi Sensor Kualitas Udara

Fahmi Ahmad Burhan
18 November 2020, 09:17
Sasar Pencinta Olahraga, Aplikasi Nafas Adopsi Sensor Kualitas Udara
ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.
Ilustrasi, warga berolahraga di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu, (15/11/2020).

Gaya hidup sehat semakin digaungkan selama pandemi corona. Memahami tren ini, pengembang aplikasi Nafas pun mengadopsi teknologi sensor untuk memantau kualitas udara.

Nafas mengimplementasikan 46 titik sensor di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang memberikan data secara real-time. Berdasarkan pemantauan selama sebulan pada Agustus lalu, tingkat Polusi Particulate Matter (PM2.5) rata-rata terendah yakni di Bogor dan Jakarta Pusat.

Advertisement

Sedangkan yang tertinggi yaitu di Tangerang Selatan dan Bekasi. Bahkan, kualitas udara selama lima hari di kedua kota ini sempat masuk kategori tidak layak untuk berjalan di luar ruangan selama 30 menit lebih.

Di satu sisi, Co-founder sekaligus Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski mencatat bahwa minat untuk berolahraga di luar ruangan meningkat selama pandemi virus corona. Ini karena terlalu lama beraktivitas di rumah.

Berdasarkan riset iPrice, pengguna sepeda di Jakarta meningkat 1.000% secara tahunan (year on year/yoy) pada minggu pertama Juli. Selama pandemi Covid-19, jumlah pemesanan sepeda juga naik 50%. 

Di satu sisi, Piotr mengatakan bahwa berolahraga di luar ruangan ketika kualitas udara buruk akan berdampak negatif bagi kesehatan. Mengacu pada studi University of Cambridge, jika level PM2.5 mencapai ambang batas atau 100, maka berolahraga atau beraktivitas di luar rumah lebih dari 90 menit justru berpengaruh buruk bagi kesehatan.

"Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga," kata Piotr saat pemaparan hasil pemantauan kualitas udara di Jabodetabek secara virtual, Selasa (17/11).

Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist) Erlang Samoedro mengatakan, beberapa risiko kesehatan yang timbul akibat kualitas udara buruk yakni asma, strok, dan kanker paru-paru. "Peningkatan pernapasan saat berolahraga ketika kualitas udara buruk, semakin berisiko terhadap jumlah aerosol yang terhirup, termasuk PM2.5," katanya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement