Transaksi Shopee Rp 131 Triliun, Rugi Induk Usaha Justru Melonjak
Pendapatan induk Shopee, Sea Group meningkat 99% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 1,21 miliar atau Rp 17 triliun pada kuartal III. Namun, rugi bersihnya juga melonjak dua kali lipat menjadi US$ 425 juta atau Rp 5,9 triliun.
Laba kotornya naik 100,6% yoy menjadi US$ 407,6 juta. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan US$ 120,4 juta, membaik dibandingkan periode sama tahun lalu yang negatif US$ 30,8 juta.
Kapitalisasi pasar perusahaan asal Singapura ini pun naik lebih dari empat kali lipat sejak awal tahun, menjadi US$ 80 miliar. "Kami berharap, kinerja yang sangat kuat pada kuartal tiga akan bertahan hingga keempat," kata CEO Sea Group Forrest Li dikutip dari Asia Nikkei Review, Selasa (17/11).
Pendapatan dari lini bisnis e-commerce naik 173,3% yoy menjadi US$ 618,7 juta. Ini mencakup pendapatan pasar US$ 467,1 juta, salah satunya berasal komisi transaksi. Lalu, dari iklan, layanan nilai tambah, dan produk US$ 151,6 juta.
Total pesanan kotor di platform Shopee melonjak 130,7% menjadi 741,6 juta. Khusus di Indonesia, meningkat 124% menjadi 310 juta.
Sedangkan nilai transaksi bruto (gross merchandis value/GMV) meningkat 102,7% menjadi US$ 9,3 miliar atau Rp 131 triliun Penggunaan layanan e-commerce memang meningkat selama pandemi corona, sebagaimana Databoks di bawah ini:
Berdasarkan laporan Google, Temasek Holdings dan Bain and Company, GMV e-commerce diprediksi naik 63% yoy menjadi US$ 62 miliar pada tahun ini dan naik 23% menjadi US$ 172 miliar pada 2025. Sedangkan bisnis lainnya dapat dilihat pada Databoks berikut:
Namun kerugian EBITDA yang disesuaikan dari lini bisnis e-commerce naik dari US$ 253,7 juta pada kuartal III 2019 menjadi US$ 301,6 juta. Business Times melaporkan, Shopee meningkatkan biaya pemasaran merek dan lainnya, sehingga ada kenaikan biaya 54% menjadi US$ 306,7 juta.
“Kompensasi staf yang lebih tinggi dan tunjungan juga berkontribusi terhadap peningkatan biaya,” demikian dikutip dari Business Times, Selasa (17/11).
Selain e-commerce, penggunaan gim online melonjak selama pandemi Covid-19. Data Sensor Tower Store Intelligence menunjukkan bahwa pengeluaran pengguna game mobile naik 25,7% yoy menjadi sekitar US$ 58,7 miliar selama kuartal I hingga III sacara global.
Jumlah unduhan juga naik 36,9% menjadi sekitar 42,7 miliar kali sejak awal tahun hingga September. Pertumbuhannya meningkat signifikan dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 7,7%.
Pendapatan dari lini bisnis game online, Garena pun naik 73% menjadi US$ 569 juta pada kuartal III. Jumlah pengguna berbayar bulanan Free Fire naik dua kali lipat lebih secara tahunan, hingga menyentuh rekor baru pada kuartal II.
Turnamen e-sports yang diselenggarakan oleh perusahaan asal Singapura itu juga ditayangkan 150 juta kali secara online per September.
Sedangkan unit bisnis pembayaran digital Sea Group, yakni SeaMoney mencatatkan pendapatan 14,4 juta. Meski hanya berkontribusi 1%, “kami melihat peluang signifikan dari SeaMoney dan yakin dapat menangkapnya dengan cara yang sangat efisien," kata Forrest Li.