Kominfo Siapkan Tiga Strategi agar Satelit Satria Bisa Mengorbit

Fahmi Ahmad Burhan
23 November 2020, 17:54
Kominfo Siapkan Tiga Strategi agar Satelit Satria Bisa Mengorbit
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate memberikan sambutan dalam pembukaan diskusi publik bertajuk Telemedisin Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan di kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Sabtu (22/8/2020).

Pengembangan satelit Satria terhambat pandemi corona. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun menyiapkan tiga strategi agar infrastruktur pendukung ketersediaan internet ini dapat mengorbit sesuai target yakni 2023.

Pertama, mengajukan usulan pengunduran tenggat waktu peluncuran ke Persatuan Telekomunikasi Internasional atau International Telecommunication Union (ITU). Alasannya, pandemi Covid-19 menghambat pembangunan satelit Satria.

"Indonesia mengusulkan perpanjangan waktu selama 14 bulan. Diperkirakan paling cepat, satelit ada di orbit pada kuartal IV 2023," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate saat konferensi pers virtual, Senin (23/11). Pada awalnya, kementerian menargetkan bisa mengorbit pada Maret 2023.

Johnny menyatakan, usulan penundaan merupakan hal biasa di ITU. Sebab, industri satelit mempunyai potensi force majeure atau keadaan yang terjadi di luar kemampuan manusia sehingga kerugian tidak dapat dihindari.

ITU pun sudah mengirimkan surat balasan. Isinya meminta informasi tambahan kepada pemerintah Indonesia terkait detail kontrak pembangunan satelit Satria, rencana pembiayaan, revisi implementasi dan lainnya. 

Informasi itu akan menjadi bahan pertimbangan bagi ITU untuk menyetujui permintaan pengunduran tenggat waktu peluncuran satelit Satria. Ia optimistis, permohonan disetujui. "ITU memahami betul progres satelit ini," katanya.

Sebelumnya, Spaceintelreport.com melaporkan ITU menolak permohonan tersebut dan menganggap Indonesia tidak memberikan cukup bukti bahwa virus corona merupakan satu-satunya kendala. Johnny membantah berita ini.

Apalagi, ada lima negara selain Indonesia yang mengajukan petisi kepada Radio Regulations Board (RRB) ITU untuk deklarasi force majeure terkait pandemi corona.

Strategi kedua, Indonesia memiliki back up filling satelit yang sudah didaftarkan kepada ITU sebagai cadangan yakni Nusantara PE1-A. "Kami siapkan alternatif agar orbit itu bisa tetap digunakan," kata Johnny.

Proses pendaftaran dan koordinasi untuk satelit cadangan itu sudah dijalankan sejak lama. Indonesia hanya perlu menempati orbit yang ada, apabila satelit Satria tidak bisa digunakan.

Terakhir, operator satelit Indonesia dapat menyewa dan menempatkan satelit dalam jangka waktu tertentu di orbit PSN 146 E. "Ini untuk memenuhi ketentuan regulasi ITU," ujar Johnny.

Direktur Utama Bakti Kominfo Anang Latif mengatakan, pandemi memang berdampak pada pembangunan satelit. "Kami akui ada dampaknya pada waktu pelaksanaan," katanya kepada Katadata.co.id, pekan lalu (20/11)

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...