Seretnya Pendanaan saat Pandemi Mengubah Peta Persaingan Unicorn

Desy Setyowati
24 November 2020, 15:30
Perubahan Peta Persaingan Para Unicorn di Tengah Ketatnya Pendanaan
123rf.com
Ilustrasi

Pendanaan ke para unicorn Asia Tenggara terus menurun sejak tahun lalu. Persaingan bisnis startup dengan valuasi jumbo pun berubah menjadi menahan ‘bakar uang’, mengejar untung, serta berpotensi merger dan akuisisi.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy 2020’, setidaknya ada 12 unicorn dan decacorn di regional. Unicorn sebutan bagi startup dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar, sementara decacorn US$ 10 miliar.

Advertisement

Indonesia memiliki satu decacorn yakni Gojek. Selain itu, empat unicorn yaitu TokopediaTravelokaBukalapak, dan OVO.

Dana segar yang mengalir ke startup jumbo di regional US$ 8,7 miliar pada 2018. Nilainya turun menjadi US$ 5,6 miliar pada tahun lalu.

Pendanaan ke unicorn di Asia Tenggara
Pendanaan ke unicorn di Asia Tenggara (Google, Temaek, dan Bain and Company)

 Sedangkan sepanjang semester I tahun ini hanya US$ 3 miliar. Angka ini tidak termasuk dana segar yang diperoleh Traveloka pada Juli lalu, maupun Tokopedia dan Bukalapak baru-baru ini.

Partner and Leader, Bain and Company’s Southeast Asia Private Equity Practice Alessandro Cannarsi mengatakan, investor semakin khawatir dengan bisnis yang menghabiskan banyak uang. Walaupun mereka juga menyadari bahwa bisnis para unicorn di Asia Tenggara tumbuh sangat cepat.

“Sekarang para unicorn memahami bahwa mendapatkan pendanaan akan lebih menantang ke depan,” kata Alessandro saat pemaparan laporan e-Conomy 2020 secara online, Selasa (24/11). Oleh karena itu, ada lebih banyak startup jumbo yang mulai berfokus mengejar untung.

Gojek misalnya, mencatatkan nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) tumbuh 10% menjadi US$ 12 miliar atau Rp 170 triliun sejak awal tahun. Jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) juga meningkat 38 juta.

Layanan inti decacorn Tanah Air itu juga mencetak margin kontribusi (margin contribution) positif pada 2020. Perhitungan margin kontribusi yakni total pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel.

Pada awal tahun, Presiden Tokopedia Patrick Cao menyampaikan bahwa perusahaan berencana mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di dua bursa dalam tiga tahun ke depan. Salah satunya di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara yang lainnya di Amerika Serikat (AS).

Startup jumbo itu juga dikabarkan menargetkan bisa mencapai titik impas (break even point/BEP) pada 2021. Untuk mencapai target ini, Tokopedia mempersiapkan diri sejak tahun lalu.

Kemudian, Bukalapak berfokus menyasar kota-kota di level atau tier dua seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru, untuk mengejar profit. Unicorn ini juga mengembangkan beragam layanan, yang konsepnya mirip aplikasi super (superapp).

Pada akhir 2019, Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengakui bahwa perusahaan merugi dalam dua tahun terakhir. Namun, ia optimistis dapat meraup untung dan tumbuh berkelanjutan.

Alessandro menyampaikan, tetap berada di jalur yang tepat menuju profit akan menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. “Oleh karena itu, platform internet perlu berfokus pada bisnis inti dan membuktikan kepada investor bahwa mereka memiliki unit ekonomi yang menarik dan berkelanjutan,” kata dia.

Google, Temasek, dan Bain and Company pun menggambarkan perubahan fokus (refocusing) bisnis para startup di tengah pandemi corona. Ini terlihat pada bagan di bawah ini:

Refocusing bisnis startup di Asia Tenggara imbas pandemi corona
Refocusing bisnis startup di Asia Tenggara imbas pandemi corona (Google, Temaek, dan Bain and Company)

Meski begitu, ia menilai bahwa persaingan bisnis di antara para unicorn tidak akan menjadi lebih sedikit, karena masifnya merger dan akuisisi. “Pengetatan pendanaan hanya berarti, persaingan mungkin akan bergeser pada pengurangan subsidi atau ‘bakar uang’ dan berfokus pada kualitas layanan dan pengalaman pengguna,” ujar Alessandro.

Perubahan peta persaingan lainnya yakni para unicorn kemungkinan akan berfokus pada kemitraan untuk memperluas bisnisnya. Ini berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu, ketika startup jumbo memperbesar usaha secara organik.

“Secara keseluruhan, saya tidak terlalu khawatir bahwa dampak pendanaan akan mengurangi persaingan, yang berdampak negatif pada pelanggan. Kalaupun ada (merger dan akuisisi), ekonomi internet di Asia Tenggara memiliki ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan,” kata dia.

Berdasarkan laporan e-Conomy 2020, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun ini. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.

Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 11% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy), sementara Vietnam 16%. Pertumbuhan di Malaysia, Filipina, dan Thailand sekitar 6-7%. Sedangkan Singapura turun 24% menjadi US$ 9 miliar tahun ini, terutama karena sektor pariwisata atau online travel.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement