Saling Silang Bisnis Memicu Persaingan Ketat Empat Unicorn

Desy Setyowati
27 November 2020, 13:30
Memasuki Era Ketatnya Persaingan Unicorn di Indonesia
Aleksandr Khakimullin/123rf
Ilustrasi

Pertarungan di antara unicorn dan decacorn bukan lagi di satu sektor seperti Gojek dan Grab maupun Tokopedia dan Bukalapak. Startup jumbo mulai merambah banyak lini bisnis yang beririsan, sehingga memperluas persaingan.

Gojek dan Grab misalnya, memperkuat layanan penjualan kebutuhan sehari-hari GoShop, GoMart, dan GrabMart selama pandemi corona. Keduanya juga gencar menggaet pedagang di pasar tradisional.

Advertisement

Grab telah menggaet 450 ribu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) selama pandemi Covid-19 per medio November. Jumlahnya melampaui target 400 ribu hingga akhir tahun.

Gojek juga menggandeng sekitar 400 ribu UMKM sejak awal tahun. Ini dengan perhitungan jumlahnya 500 ribu akhir tahun lalu, dan kini menjadi 900 ribu mitra penjual (merchant).

GrabGojek
Hadir di 8 negaraHadir di 4 negara
9 juta mitra pengemudi hingga penjual2 juta mitra pengemudi
900 ribu merchant
205 juta kali unduhan190 juta kali unduhan

Sumber: Gojek, Grab

Dalam menyediakan layanan kebutuhan sehari-hari, Gojek dan Grab bersaing dengan startup e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Bukalapak bahkan menggaet HappyFresh untuk menyediakan fitur khusus bahan pokok.

Presiden Grab Ming Maa mengatakan, kompetisi merupakan hal yang sehat dan penting bagi ekosistem. “Ini memastikan bahwa pelanggan memiliki pilihan. Itu sangat penting agar pasar berkembang dengan cara yang benar,” kata dia dalam wawancara khusus dengan reporter DealStreetAsia Kristie Neo, dikutip Rabu lalu (25/11).

Maa pun mengungkapkan tiga rencana bisnis Grab pada tahun depan. Pertama, menambah jumlah mitra penjual makanan di GrabFood tiga kali lipat. Ini karena permintaan melonjak selama pandemi Covid-19.

“Faktanya, layanan pengiriman ini berkontribusi lebih dari 50% terhadap total pendapatan kami,” kata Maa. Berkat produk ini, penghasilan Grab pun mencapai 95% dari tingkat sebelum ada pagebluk virus corona.

Kedua, memungkinkan lebih banyak pengusaha rumahan untuk masuk ke ekosistem Grab. Decacorn Singapura ini pun sudah membuat 40 solusi digitalisasi UMKM melalui program kampanye #TerusUsaha.

Terakhir, berfokus mengembangkan layanan keuangan. Untuk asuransi, perusahaan telah menerbitkan lebih dari 20 juta polis sejak diluncurkan tahun lalu.

Startup jumbo itu juga meluncurkan produk investasi mikro, yang memungkinkan pengguna berinvestasi dan menabung mulai dari US$ 1. Selain itu, “kami melihat pertumbuhan 30% penggunaan pembayaran digital untuk pertama kali di seluruh wilayah. Bahkan, ini hanya untuk pengiriman makanan,” ujar Maa.

Di Indonesia, Grab bahkan sudah memperkuat cengkeramannya terhadap layanan keuangan. Decacorn ini menyuntikkan modal kepada perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran milik negara, LinkAja. Selain itu, memiliki saham di OVO.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), OVO memimpin dengan 20% pangsa pasar uang elektronik di Indonesia pada tahun lalu. Sedangkan GoPay milik Gojek dan Bank Mandiri masing-masing 19%.

20152019
PerusahaanPangsa pasar %PerusahaanPangsa pasar %
Bank Mandiri20OVO20
BCA19Bank Mandiri19
XL Axiata19GoPay19
BRI10DANA10
Telkomsel10BCA10
Bank Mega1,1BRI6,3
BNI1LinkAja5,8
Bank DKI0,8ShopeePay3,7
Indosat0,4BNI1,3
CIMB Niaga0,1Doku1,2

Sumber: BI

Akan tetapi, rencana bisnis Grab itu bukan tanpa halangan. Gojek juga akan memperkuat bisnis keuangannya, dan bahkan telah menyiapkan perubahan jajaran pimpinan alias chief level.

Co-CEO yakni Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo akan berbagi tugas. Kevin akan berfokus memimpin layanan Gojek, sementara Andre mengomando lini bisnis pembayaran digital dan finansial.

Penguatan fokus manajemen ini efektif per Januari 2021. “Kami akan melanjutkan peran sebagai Co-CEO Gojek Group, namun masing-masing memiliki ruang lingkup dan tanggung jawab yang lebih spesifik ke depan,” kata Kevin dan Andre dalam pernyataan resminya, pekan lalu (18/11).

Itu bertujuan meningkatkan fokus dan kecepatan perusahaan dalam mengembangkan produk. Apalagi, layanan inti Gojek sudah mencetak margin kontribusi (margin contribution) positif pada 2020.

Nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) juga tumbuh 10% menjadi US$ 12 miliar atau Rp 170 triliun sejak awal tahun. Transaksi GoPay meningkat 2,7 kali lipat secara tahunan (year on year/yoy) per Oktober.

“Guna terus mendorong pertumbuhan ini, kami harus memiliki struktur yang tepat untuk memastikan kesiapan perusahaan dalam menyongsong masa yang akan datang,” kata keduanya. “Ini waktu yang tepat untuk melihat kembali bisnis dan memastikan Gojek dapat berjalan semakin optimal.”

Bisnis keuangan digital di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memang menggiurkan. Data perusahaan investasi asal Singapura, Temasek menunjukkan bahwa hampir separuh dari penduduk regional atau sekitar 200 juta belum memiliki rekening bank, tetapi paham layanan digital.

Sedangkan jumlah penduduk unbanked di Indonesia pada 2019 dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Selain itu, banyaknya UMKM yang belum tersentuh layanan keuangan. Peluang di Indonesia bahkan sangat besar, dengan 64 juta lebih UMKM.

Hal itu juga yang mendorong Tokopedia merambah bisnis fintech pembiayaan (lending) melalui Dhanapala. Perusahaan afiliasi ini bahkan sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak Agustus 2019.

Dhanapala menyediakan pinjaman konsumtif Rp 2 juta hingga Rp 5 juta. Tenor pinjamannya, mulai dari tiga bulan sampai enam bulan dengan bunga 2,99% per bulan.

Pelaku usaha juga bisa mengajukan pinjaman modal usaha hingga Rp 200 juta.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement