Riset Ericsson: Operator Seluler RI Bisa Raup Rp 116 Triliun dari 5G

Fahmi Ahmad Burhan
8 Desember 2020, 14:41
Riset Ericsson: Operator Seluler RI Raup Rp 116 T dari 5G pada 2030
ANTARA FOTO/REUTERS/JASON LEE
Ilustrasi, seorang insinyur berdiri di bawah stasiun pangkalan antena 5G dalam sistem uji lapangan SG178 Huawei yang hampir membentuk bola di Pusat Manufaktur Songshan Lake di Dongguan, provinsi Guangdong, Tiongkok, Kamis (30/5/2019).

Riset perusahaan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson menunjukkan bahwa operator seluler Indonesia bisa meraup pendapatan US$ 8,2 miliar atau Rp 116,1 triliun pada 2030, jika mengadopsi internet generasi kelima (5G). Namun, teknologi ini belum bisa diterapkan di Tanah Air saat ini.

Dalam riset bertajuk ‘Ericsson Mobility Report 2020’, perusahaan teknologi bisa memperoleh US$ 44,2 miliar atau Rp 625,7 triliun dari masifnya digitalisasi pada 2030. Sebanyak 39% di antaranya atau US$ 17,7 miliar (Rp 250,6 triliun) merupakan hasil adopsi 5G.

Dari jumlah tersebut, 47% atau Rp 116,1 triliun di antaranya menjadi ‘jatah’ perusahaan telekomunikasi. “Tetapi, hanya operator seluler yang mau melihat peluang itu yang akan mendapatkan,” ujar Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal saat acara peluncuran ‘Ericsson Mobility Report 2020’ secara virtual, Selasa (8/12).

Hasil riset tersebut juga mengungkapkan, sektor manufaktur paling potensial menyumbang pendapatan bagi operator seluler. Disusul oleh sektor energi, serta media dan hiburan.

Ronni mengatakan, operator seluler yang mengadopsi 5G sedini mungkin akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar pada 2030. Ia mencontohkan Telstra,  operator pertama di Australia yang mengembangkan 5G. “Perusahaan ini bisa kuasai 50% pangsa pasar layanan seluler di negaranya," kata Roni.

Kemudian, LGU di Korea Selatan yang diklaim mempunyai daya tawar pangsa pasar besar setelah mengembangkan 5G pertama di negaranya. “Teknologi ini membuka kemungkinan keunggulan kompetitif," katanya.

Sedangkan di Indonesia, pemerintah belum memiliki spektrum frekuensi khusus 5G maupun regulasinya. Meski begitu, Country Head of Ericsson Indonesia Jerry Soper menilai bahwa perusahaan telekomunikasi di Nusantara perlu mempersiapkan diri dengan mengkaji layanan berbasis 5G apa yang akan potensial ke depan.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan tak dapat menjamin 5G bakal tersedia dalam tiga tahun. "Tergantung kesiapan banyak hal seperti ekosistem, penggunaan (usecase) dan monetisasi, frekuensi, dan lainnya," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail kepada Katadata.co.id, September lalu (29/9).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...