Riset: E-Commerce Diramal Sumbang Sepertiga Transaksi Bisnis pada 2025
Riset Lazada dan YCP Solidiance memperkirakan, e-commerce menyumbang sepertiga dari total transaksi bisnis di Indonesia pada 2025. Salah satu faktor pendorongnya yakni pandemi corona.
Partner Indonesia YCP Solidiance Gervasius Samosir mengatakan, transaksi e-commerce terdongkrak pandemi Covid-19 pada tahun ini. Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia (BI) mencatat, transaksi di platform ini mencapai Rp 180,74 triliun per September. Nilainya hampir mendekati keseluruhan tahun lalu Rp 201 triliun.
Gervasius memperkirakan, nilainya melonjak 10% lebih pada tahun depan. Ini karena pandemi virus corona mengubah perilaku masyarakat menjadi berbelanja online.
“Pada 2025, perkiraan kami porsinya hampir sepertiga dari transaksi bisnis di Indonesia," kata Gervasius dalam acara virtual peluncuran Studi Lazada: Percepatan Ekonomi Digital Indonesia melalui E-Commerce, Kamis (17/12). Persentasenya meningkat dibandingkan tahun ini sekitar 20%.
Berdasarkan riset Facebook dan Bain and Company, konsumen digital di Indonesia diperkirakan meningkat dari 119 juta tahun lalu menjadi 137 juta pada 2020. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini:
Riset Lazada dan YCP Solidiance menunjukkan, 92% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang beralih ke digital setuju bahwa e-commerce mengatasi tantangan logistik. Lalu 94% mencatatkan peningkatan penjualan dan berpartisipasi dalam pesta diskon.
Selain UMKM, Gervasius mencatat bahwa 55% perusahaan besar di Indonesia beralih ke digital. "Secara eksternal, mereka membangun kampanye melalui platform digital,” kata dia.
Riset tersebut dilakukan selama dua bulan, melalui pendekatan wawancara mendalam (in-depth interview) dan survei kuantitatif. Responden meliputi perusahaan, UMKM, asosiasi dan pejabat pemerintahan terkait, serta pelaku e-commerce.
CMO Lazada Indonesia Monika Rudijono mengatakan, riset tersebut membantu perusahaan untuk lebih memahami perjalanan perusahaan besar dan UMKM dalam beralih ke digital. "Ke depan, kami dapat mendukung kebutuhan itu," katanya
Dewan Pembina Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) sekaligus Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014–2019 Rudiantara mengatakan, peningkatan transaksi di e-commerce berdampak ke ekosistem lain, seperti pembayaran digital. “E-commerce tidak bisa bekerja sendiri, ada ekosistem yang menunjang," katanya.
DKSP BI mencatat, transaksi uang elektronik meningkat dari Rp 33,67 triliun di 2018 menjadi Rp 145,1 triliun pada tahun lalu. Sejak awal tahun hingga September, nilainya Rp 144,6 triliun.