Dua Startup Pendidikan Indonesia Raih Investasi di Awal Tahun

Startup pendidikan Indonesia yakni Titik Pintar dan Zenius meraih dana segar pada awal 2021. Titik Pintar memperoleh investasi dari Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF), sementara pendanaan ke Zenius dipimpin oleh OpenSpace Ventures dan Alpha JWC Ventures.
Ini merupakan kali pertama bagi Titik Pintar memperoleh investasi kelembagaan dari IWEF. Sebelumnya, startup ini mendapatkan hibah dari pemerintah Belanda, serta investasi dari para investor individu (angel investor) di Indonesia dan mancanegara.
Titik Pintar berencana menggunakan dana segar itu untuk meningkatkan layanan kepada anak-anak, orang tua, dan guru. Selain itu, memperbanyak koleksi pelajaran interaktif dan video pendidikan melalui situs SahabatPintar.id.
“Dengan dukungan IWEF, kami berkomitmen mengembangkan produk yang lebih baik untuk anak-anak sekolah dasar di Indonesia,” kata pendiri sekaligus CEO Titik Pintar Robbert Deusing dikutip dari siaran pers, Selasa (12/1). IWEF dikelola oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures. Pemerintah Australia juga menjadi sponsor utama dan investor IWEF.
Titik Pintar menyediakan ekosistem EduTainment, termasuk layanan pembelajaran mandiri yang disesuaikan dan pelajaran mikro jarak jauh dari guru. Materinya dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Pelajaran dan video dibuat langsung oleh guru pada situs web SahabatPintar.id. Dengan begitu, guru dapat memperoleh penghasilan tambahan. Sedangkan anak-anak dan orang tua dapat mengatur secara mandiri pengalaman belajar dan konten yang dibutuhkan.
Saat ini, Titik Pintar memiliki lebih dari 15 ribu pengguna. “Dengan dukungan dari mitra strategis, kami yakin dapat terus berkembang dan menjangkau 250 ribu pengguna pada tahun ini,” kata Robbert.
Co-Founder Moonshot Ventures Tom Schmittzehe menambahkan, sebagian besar guru di Indonesia merupakan wanita. “Ini yang IWEF sasar untuk pemberdayaan. Melalui Titik Pintar, mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan, sambil tetap melakukan hal yang mereka sukai, yaitu mengajar,” katanya.
Startup pendidikan lainnya, Zenius juga memperoleh pendanaan pra-seri B dari OpenSpace Ventures dan Alpha JWC Ventures pada pekan lalu (5/1). Dana segar ini akan digunakan untuk mengembangkan layanan dan aplikasi.
"Kami terus bekerja sepanjang waktu untuk mengembangkan fitur baru yang akan membantu siswa mendapatkan hasil pembelajaran terbaik melalui teknologi," kata CEO Zenius Rohan Monga dikutip dari siaran pers, Selasa (5/1).
Layanan belajar online seperti Zenius memang diminati selama pandemi corona. Ini mendorong pendapatan perusahaan tumbuh 70% secara tahunan (year on year/yoy) lebih selama semester kedua 2020.
Jumlah pengguna juga tumbuh lebih dari 10 kali lipat selama Maret hingga Desember 2020. Retensi pengguna pun mencapai lebih dari 90%.
Zenius mengatakan, hampir 50% pendapatannya berasal dari segmen live class. Sedangkan kehadiran pengguna di setiap kelas rerata 400 siswa.
Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain and Company, aplikasi pendidikan di Asia Tenggara diunduh 20 juta kali sepanjang Januari-Agustus. Jumlahnya naik tiga kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya enam juta.
Chief Investment Strategist Temasek Rohit Sipahimalani sempat memperkirakan bahwa investor akan berfokus pada startup sektor edtech, kesehatan (healthtech), dan teknologi finansial (fintech). "HealthTech dan EdTech memainkan peran penting selama pandemi Covid-19, dengan tingkat adopsi yang sesuai," kata dia saat konferensi pers virtual terkait ‘e-Conomy SEA 2020’, November tahun lalu (24/11/2020).
Ia menyebutkan, pendanaan ke startup pendidikan regional US$ 270 juta pada tahun lalu. Jumlahnya naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 2018 US$ 80 juta.