Ahli IT Soroti Keamanan Sistem Informasi Satu Data Vaksin Virus Corona

Desy Setyowati
13 Januari 2021, 12:06
Ahli IT Soroti Keamanan Sistem Informasi Satu Data Vaksin Virus Corona
katadata
Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan vaksinasi Covid-19 di Istana Negara, Rabu (13/1/2021).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menguji coba sistem informasi satu data vaksinasi Covid-19 pada Selasa kemarin (12/1). Ahli informasi dan teknologi mengingatkan pemerintah terkait infrastruktur sistem dan antisipasi risiko serangan siber.

Sistem satu data vaksinasi Covid-19 itu merupakan integrasi dari tiga aplikasi yakni PeduliLindungi, PrimaryCare, dan SMILE. PeduliLindungi dikelola oleh Kominfo dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang digunakan untuk pelacakan dan penelusuran (tracking-tracing-fencing) dalam registrasi ulang bagi penerima vaksin virus corona.

Advertisement

Sedangkan aplikasi PrimaryCare dari BPJS Kesehatan telah digunakan di berbagai fasilitas kesehatan sejak 2014. Platform ini untuk pencatatan hasil vaksinasi. Lalu, SMILE dari Kementerian Kesehatan dan United Nations Development Program (UNDP), untuk mengawasi distribusi vaksinasi dari tingkat provinsi hingga setiap fasilitas layanan kesehatan.

Peneliti keamanan siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mengatakan, risiko kebocoran data selalu ada. “Tidak ada sistem yang aman dari peretasan. Terlebih lagi, adanya perpindahan data dari satu aplikasi ke aplikasi lain,” ujar dia kepada Katadata.co.id, Rabu (13/1).

Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan secara serius keamanan aplikasi. Ini karena data yang disimpan dan dikelola akan sangat banyak. “Dalam tiga tahun akan ada ratusan juta data masuk, bila memang aplikasi ini menjadi ujung tombak pendataan nantinya,” kata dia.

Selain keamanan, faktor kesiapan infrastruktur harus diperhatikan. Bila menjadi tulang punggung (backbone) pendataan pandemi corona, aplikasi ini dinilai harus mempunyai kemampuan untuk menerima data dan aktivitas dalam jumlah banyak.

“Jangan sampai aplikasi down dengan alasan banyak pengunjung dan kegiatan di sistem tersebut. Kesiapan ini jangan sampai dilupakan,” kata Pratama.

Ia pun usul agar Kominfo menguji sistem atau penetration test (pentest) minimal sebulan sekali secara keseluruhan. Ini merupakan prinsip keamanan siber dan langkah preventif, sehingga dari awal dapat ditemukan kelemahan yang harus diperbaiki sesegera mungkin.

Sedangkan pakar keamanan siber di Vaksincom Alfons Tanujaya menilai, Telkom dan Bio Farma sudah mengantisipasi risiko keamanan siber. Kedua perusahaan ini dilibatkan untuk mencegah duplikasi data penerima vaksin virus corona.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement