Akun Diblokir, Trump Sebut Twitter - Facebook Memecah Belah Bangsa

Desy Setyowati
13 Januari 2021, 13:43
Akun Diblokir, Trump Sebut Twitter - Facebook Memecah Belah Bangsa
ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner/File Photo/AWW/dj
Presiden AS Donald Trump berbicara saat reli kampanye di Bandara Cecil di Jacksonville, Florida, Amerika Serikat, 24 September 2020.

Twitter dan Facebook memblokir akun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait kerusuhan di gedung Capitol, Washington DC pekan lalu (6/1). Trump menilai, raksasa teknologi seperti kedua perusahaan ini memecah belah bangsa.

“Saya pikir big tech melakukan hal yang mengerikan bagi negara kita. Saya yakin itu akan menjadi kesalahan yang sangat besar bagi mereka. Mereka memecah belah dan memecah belah,” kata Trump kepada wartawan saat akan melakukan perjalanan ke Texas, dikutip dari Reuters, Rabu (13/1).

Advertisement

Ia pun mengatakan akan ada tindakan balasan atas pemblokiran akun tersebut. Namun, ia tidak memerinci langkah apa yang akan dilakukan.

Pada pekan lalu, Twitter memblokir akun Trump secara permanen, karena cuitannya dikhawatirkan mendorong penghasutan kekerasan. Facebook juga membekukan media sosial pemimpin AS itu hingga pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden yang baru pada 20 Januari.

Pada Selasa (12/1), YouTube milik Google pun menangguhkan channel Trump karena dianggap melanggar kebijakan terkait penghasutan kekerasan. Dengan begitu, saluran ini tidak dapat mengunggah video baru maupun siaran langsung minimal hingga tujuh hari. “Ini dapat diperpanjang,” ujar perusahaan dikutip dari Reuters, Rabu (13/1).

Selain itu, GoogleApple, dan Amazon memblokir aplikasi Parler karena digunakan oleh para penghasut kerusuhan di gedung Capitol. Parler sering digunakan oleh para pendukung Trump.

Amazon memblokir Parler dari layanan hosting cloud, Amazon Web Services (AWS) pada Minggu (10/1) malam. “Dalam beberapa pekan terakhir, AWS melaporkan 98 contoh unggahan yang dengan jelas mendorong dan menghasut kekerasan,” demikian isi surat dari Amazon kepada Kepala Petugas Kebijakan Parler Amy Peikoff dikutip dari CNN Business, Senin lalu (11/1).

Dalam surat tersebut, Amazon menghormati hak Parler untuk menentukan sendiri konten apa yang diizinkan tayang di situs. “Namun, kami tidak dapat memberikan layanan kepada pelanggan yang tidak dapat, secara efektif, mengidentifikasi dan menghapus konten yang mendorong atau menghasut kekerasan terhadap orang lain,” demikian tertulis.

Eropa dan Inggris Khawatir atas ‘Kekuatan’ Raksasa Teknologi

Selain Trump, pejabat Uni Eropa dan Inggris mempertanyakan regulasi raksasa teknologi, setelah Twitter hingga Facebook memblokir akun presiden AS itu. Mereka menilai, perusahaan media sosial memiliki ‘kekuasaan’ untuk menentukan siapa yang tidak dan boleh bersuara.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menilai, tindakan itu menunjukkan bahwa raksasa teknologi mengambil keputusan ‘editorial’. “Ini menimbulkan pertanyaan yang sangat besar tentang bagaimana media sosial seharusnya diatur,” kata dia kepada BBC dikutip dari CNBC Internasional, Senin lalu (11/1).

"Mereka dapat memilih siapa yang tidak dan boleh bersuara di platform," kata Hancock.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement