Biden Ikuti Kebijakan Trump Hadapi Monopoli Big Tech AS dan Tiongkok

Desy Setyowati
20 Januari 2021, 15:40
Cara Biden Lanjutkan Kebijakan Trump terhadap Big Tech AS dan Tiongkok
123.RF
Ilustrasi
  • Petinggi hingga karyawan raksasa teknologi AS mendukung Joe Biden ketimbang Trump
  • Biden dikabarkan menunjuk dua mantan pejabat era Obama untuk menangani dugaan monopoli Google hingga Facebook
  • Biden mengatakan, persaingan AS dan Tiongkok di bidang teknologi akan berlanjut

Raksasa teknologi seperti Twitter hingga Google mendukung Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Namun, Biden tampaknya bakal melanjutkan kebijakan Donald Trump terkait antimonopolibig tech dan tekanan terhadap perusahaan Tiongkok.

Biden dan Kamala Harris akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden AS pada Rabu (20/1). Sumber yang akrab dengan kajian internal di Gedung Putih mengatakan, Biden mempertimbangkan adanya jabatan yang berfokus pada kebijakan persaingan dan antimonopoli.

Advertisement

“Belum ditentukan apakah ini akan menjadi semacam peran koordinator atau orang ini bakal menjabat di Gedung Putih,” kata sumber lain, dikutip dari Reuters, Rabu (20/1).

Trump sudah mengkaji antimonopoli raksasa teknologi saat menjabat. Subkomite Kehakiman Kongres AS bahkan telah menyelidiki dan merilis laporan terkait praktik monopoli yang diduga dilakukan oleh Google hingga Facebook.

USA-ELECTION/BIDEN
USA-ELECTION/BIDEN (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner/HP/sa.)

Kini Biden tampaknya bakal melanjutkan kebijakan Trump tersebut, meskipun sejumlah petinggi di raksasa teknologi mendukungnya selama pilpres. Pada akhir pekan lalu, Biden dikabarkan merekrut dua mantan pejabat di era Barack Obama.

Kabarnya, keduanya akan menjabat di Departemen Kehakiman AS untuk menangani persoalan antimonopoli. Salah satunya yakni Renata Hesse, yang beberapa kali bertugas di Departemen Kehakiman sejak 2002.

Terakhir, Renata menjabat sebagai asisten jaksa agung pada pertengahan 2016 hingga Januari 2017. Dia juga pernah menangani sektor swasta dan memberi nasihat tentang hal-hal yang melibatkan perusahaan seperti Amazon.com Inc dan induk Google, Alphabet Inc.

Pertimbangan lainnya yakni Juan Arteaga. Ia bekerja di Departemen Kehakiman di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama antara 2013 hingga 2017. Dia menjabat sebagai wakil asisten jaksa agung untuk penegakan sipil, menurut sumber Reuters.

Selain itu, sumber mengatakan bahwa Biden mempertimbangkan Jonathan Kanter untuk masuk Departemen Kehakiman. Jonathan pernah memimpin departemen antimonopoli di firma hukum Paul Weiss dan sekarang menjalankan perusahaan sendiri.

Ia juga merupakan kritikus raksasa teknologi. “Nama-nama itu mencerminkan pemikiran transisi Biden sejauh ini dan dapat berubah seiring proses kajian,” demikian kata sumber.

Selama masa pemerintahan Trump, Google hingga Facebook menghadapi beberapa gugatan tentang dugaan monopoli. Google misalnya, dituduh bekerja sama dengan Facebook memonopoli bisnis iklan digital.

Pada akhir tahun lalu, pejabat di Texas dan sembilan negara bagian AS mencontohkan blog sepatu, yang menggunakan perangkat lunak dari Google untuk iklan, meraup pendapatan dari pengecer alas kaki yang beriklan di Facebook.

Mereka menyoroti sikap Google yang tidak menyampaikan kepada publik tentang Facebook yang setuju untuk tidak mendukung software pesaing. “Facebook memutuskan untuk mengatasi ancaman persaingan di hadapan Google dan kemudian membuat kesepakatan untuk memanipulasi lelang,” kata tim komunikasi internal, dikutip dari Reuters, bulan lalu (17/12/2020).

Sebagai gantinya, Facebook menerima berbagai manfaat, termasuk akses ke data Google dan pengecualian kebijakan yang memungkinkan klien mendapatkan lebih banyak iklan.

Google menyebut gugatan tersebut tidak patut dilayangkan. Sedangkan Facebook belum berkomentar.

eMarketer memperkirakan, Google meraup sepertiga pengeluaran iklan digital global atau sekitar US$ 42 miliar pada tahun ini.

Selain itu, Jaksa Agung Demokrat Colorado, Phil Weiser dan Jaksa Agung Republik Nebraska Doug Peterson menuntut Google terkait dugaan monopoli menggunakan mesin pencarian. Anak usaha Alphabet Inc ini juga dituduh memakai jaringan ilegal dan eksklusif untuk merugikan pesaing yang lebih kecil.

Gambaran bisnis induk Google, Alphabet
Gambaran bisnis induk Google, Alphabet (Visual Capitalist)

Big tech lainnya, Facebook bahkan diminta pisah dari Instagram dan WhatsApp. Komisi Perdagangan Federal atau FTC AS menilai, akuisisi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memonopoli media sosial.

FTC menuduh Facebook mengakuisisi saingan untuk mengurangi persaingan dan menghancurkan pemain kecil lain dengan membatasi akses ke layanan. “Waktu, perhatian, dan data pribadi pengguna digabungkan dan dijual dengan cara yang tidak adil,” kata FTC dikutip dari Financial Times, bulan lalu (14/12/2020).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement