Kominfo: 2.150 Hoaks Vaksin Corona, Salah Satunya Dipasang Cip Pelacak

Fahmi Ahmad Burhan
25 Januari 2021, 16:07
Kominfo: 2.150 Hoaks Vaksin Corona, Salah Satunya Dipasang Cip Pelacak
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.
Vaksinator menunjukkan kotak vaksin COVID-19 Sinovac saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Senin (18/1/2021).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 2.150 hoaks mengenai vaksin Covid-19 per akhir pekan lalu (22/1). Salah satu kabar bohong yang muncul yakni terdapat alat pelacak di dalam vaksin virus corona.

Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi mengatakan, peredaran hoaks soal pandemi corona melonjak setelah program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari lalu. “Sejak saat itu, ada 1.372 isu hoaks virus corona,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (23/1).

Sedangkan secara keseluruhan, ada 2.150 isu hoaks terkait vaksin virus corona. Salah satunya, video berdurasi 2.04 menit yang menyebutkan adanya alat pelacak di vaksin Covid-19.

Video itu menampilkan cuplikan penjelasan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir soal barcode di kemasan vaksin. Konten ini diberi narasi bahwa tubuh orang yang disuntik vaksin Covid-19 akan tertanam alat pelacak.

Kominfo pun menandai informasi itu sebagai hoaks. Dikutip laman resmi Kominfo, barcode pada kemasan tersebut untuk melacak distribusi vaksin. Pelacakan itu tidak terdapat pada tubuh orang yang disuntik vaksin, melainkan pada kemasan.

Hoaks lainnya yaitu video puluhan santri yang pingsan setelah divaksin. Kementerian menandai video itu sebagai informasi yang salah. 

Kominfo mengatakan, narasi pada unggahan tersebut tidak sesuai dengan video yang diunggah. Video itu menggambarkan puluhan santri pondok pesantren di kecamatan Jenggawah, Jember pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri pada 27 Febuari 2018 lalu.

Kabar bohong lainnya yakni pesan berupa tangkapan layar yang berisi informasi Komandan Rayon Militer (Danramil) Kebomas di Gresik meninggal akibat disuntik vaksin. Kabar itu beredar di WhatsApp. 

Kominfo menandai kabar itu sebagai hoaks. Faktanya, Danramil itu meninggal dunia dengan indikasi serangan jantung dan belum pernah menjalani program vaksinasi.

Dedy mengatakan, karena banyaknya hoaks yang beredar, masyarakat mempertanyakan efikasi dan efektivitas vaksin. Mereka juga meminta penjelasan terkait cara pengembangan dan keamanan.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...