Tren Staycation Bantu Traveloka, Tiket, Pegipegi Bertahan saat Corona
- Traveloka, Tiket.com dan Pegipegi mencatatkan peningkatan pemesanan hotel di kota terdekat atau staycation
- Tren staycation diprediksi berlanjut pada tahun ini
- Hotel di Jakarta ikut terdongkrak tren staycation, terutama saat musim liburan
Bisnis startup penyedia layanan wisata alias online travel agent (OTA) terpukul pandemi corona. Namun, tren berwisata di dekat rumah atau staycation mendongkrak transaksi di platform Traveloka, Tiket.com, dan Pegipegi di tengah melorotnya permintaan layanan.
Pegipegi mencatat peningkatan tren staycation berdasarkan data pemesanan hotel pada periode libur Natal dan Tahun Baru 2021 lalu. “Sejauh ini, tren staycation masih di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali,” kata Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza kepada Katadata.co.id, Selasa (26/1).
Ia tidak memerinci besaran peningkatan tersebut. Namun, survei Pegipegi terhadap 1.490 responden selama 9-16 November 2020 lalu memang menunjukkan bahwa 75% ingin bepergian pada akhir tahun.
Busyra pun mengatakan, tren staycation sudah terlihat sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi pada Juni 2020. Ia menilai, metode wisata ini dipilih karena menjadi alternatif liburan yang aman di tengah pandemi Covid-19.
Ia memperkirakan staycation tetap menjadi tren pada tahun ini, meski peningkatan kasus harian positif virus corona di Indonesia masih tinggi. Itu karena ada vaksinasi Covid-19, serta penerapan protokol kesehatan di tempat wisata dan hotel.
“Kami memiliki fitur Clean and Safe Stay untuk memudahkan pelanggan mencari hotel atau akomodasi yang menerapkan protokol kesehatan. Kami juga terus mengimbau seluruh masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan ketika bepergian,” ujar dia.
Riset dari SurveySensum terhadap 500 responden di lima kota besar pada 10-15 Desember 2020 juga menunjukkan, 37% berencana berwisata pada musim liburan akhir tahun lalu. Sebanyak 54% di antaranya bepergian ke kota terdekat.
Berdasarkan survei Traveloka selama Mei-Oktober 2020, sebanyak 30% konsumen ingin berwisata kembali pada akhir tahun lalu. Jumlah responden yang disurvei berbeda-beda, mulai dari 901 hingga 3.291 orang per bulan.
Kepada jurnalis Kr-Asia Khamila Mulia, Co-Founder Traveloka Albert Zhang mengatakan bahwa masyarakat mulai ingin bepergian. Berdasarkan data internal perusahaan, pemesanan tiket transportasi darat meningkat sejak Agustus hingga akhir 2020.
“Sebagian besar berkendara ke kota terdekat,” kata Albert dikutip dari Kr-Asia, bulan lalu (1/12/2020). “Tren staycation meningkat sejak Juni 2020, menurut data internal.”
Tren staycation pun menjadi salah satu faktor pendorong pemulihan transaksi di platform Traveloka, khususnya di Indonesia. Unicorn ini pun menggelar promosi Traveloka Epic Sale pada November 2020, yang mendongkrak transaksi 13 kali lipat.
Sedangkan transaksi di Vietnam mencapai 100% ke tingkat pra-pandemi virus corona sejak Juli 2020. Di Thailand, pemulihannya 75%.
Unicorn Tanah Air itu pun kembali menggelar survei pada tahun ini. Hasilnya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Sedangkan tren perencanaan perjalanan dan minat staycation pengguna Traveloka dapat dilihat pada Bagan berikut ini:
“Pengguna semakin ingin liburan,” kata Head of Corporate Communication Traveloka Reza Amirul Juniarshah dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/1). “Sebanyak 38% ingin menginap di hotel di luar kota atau staycation.”
Selain Pegipegi dan Traveloka, Tiket.com melihat adanya tren staycation di Tanah Air. Startup OTA ini menggelar pesta diskon tahunan Online Tiket Week (OTW) lokal pada 23-30 November 2020 lalu. Hasilnya, mayoritas transaksi yakni pemesanan hotel.
"Transaksi harian pemesanan hotel naik 118% dibandingkan seminggu sebelum periode OTW LOKAL," kata Public Relations Manager Tiket.com Sandra Darmo Sumarto kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (6/1).
Ia mencatat, konsumen berminat menginap di hotel yang dekat dengan rumah. Berwisata dengan metode ini dikenal juga dengan staycation. “Saat ini, preferensi masyarakat untuk berlibur masih di dekat rumah," katanya.
Pemesanan yang paling banyak selama libur panjang akhir tahun yakni di Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.
Sandra menilai, peningkatan pemesanan hotel menunjukkan bahwa masyarakat ingin berlibur di tengah pandemi corona. Untuk mengantisipasi risiko tertular virus corona, konsumen pun memilih destinasi wisata yang dekat dengan rumah.
"Bekerja di rumah atau WFH membuat masyarakat jenuh dan ingin mengganti suasana kerja. Banyak juga konsumen yang bekerja di hotel," kata Sandra.
Tren Staycation Dongkrak Pemesanan Hotel
Selain startup OTA, pengelola hotel merasakan dampak dari tren staycation. Acting General Manager Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Abhi Gurung mengatakan, tingkat hunian hotel tergolong baik pada Desember 2020.
“Beberapa program food and beverage dan kamar yang telah disiapkan mendapatkan antusiasme yang baik dari pasar,” kata Abhi, bulan lalu (25/12/2020). Perubahan yang paling dirasakan pada periode Natal dan tahun baru 2021 yakni tamu didominasi oleh konsumen domestik.
Ia pun optimistis situasi akan membaik pada tahun ini, karena ada pendistribusian vaksin virus corona. "Selain itu, ada dukungan dari pemerintah, korporasi, dan domestik akan memiliki peran besar bagi hotel," kata Abhi.
Hal senada disampaikan oleh Director of Communications Shangri-La Hotel Jakarta, Debby Setiawaty. Ia menuturkan bahwa tingkat okupansi pada Natal dan tahun baru 2021 meningkat signifikan dibandingkan awal pandemi corona.
Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Shangri-La yakni menyediakan pemesanan makanan ke rumah. Ini memungkinkan tamu menikmati santapan lezat di rumah.
Berdasarkan data pemesanan dari Agoda, hotel bintang 4 hingga 5 merupakan pilihan akomodasi teratas pada masa libur akhir tahun lalu secara global. Begitu juga di Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pun melihat tren tersebut. Ia menyarankan warga DKI Jakarta juga staycation. “Bisa di rumah atau di hotel yang sudah menerapkan standar ketat dan disiplin," ujar Sandi dikutip dari Antara, bulan lalu (31/12/2020).
Kemenparekraf mencatat, kota tujuan populer staycation dan roadtrip yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya.
Menyadari tren tersebut, kementerian mengusung kampanye InDOnesia CARE yang bertujuan memastikan seluruh industri pariwisata, termasuk hotel, melaksanakan protokol kesehatan. Ini untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk berwisata secara aman.
"Gerakan ini diharapkan dapat kembali meningkatkan pemulihan perekonomian nasional melalui konsumsi sektor pariwisata,” kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya dalam siaran pers, November 2020 lalu.