Bagaimana Nasib OVO jika Merger Tokopedia dan Gojek Terwujud?
Tokopedia dan Gojek dikabarkan menjajaki berbagai opsi terkait merger, termasuk mendirikan perusahaan induk. Jika ini terjadi, Tokopedia disebut-sebut berpotensi melepas sahamnya di OVO.
DealStreetAsia melaporkan, Tokopedia dan afiliasinya memiliki 41% saham di OVO. Rinciannya yakni Tokopedia mempunyai 36,1% saham di induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa.
Lalu, co-founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison dan William Tanuwijaya memiliki 5% melalui PT Wahana Innovasi Lestari yang diakuisisi dari Grab pada Februari 2020. Grab Inc menguasai 39,2% saham di induk OVO.
Sedangkan Gojek memiliki layanan teknologi finansial (fintech) pembayaran GoPay. Seorang eksekutif yang terlibat dalam diskusi merger itu mengatakan, Tokopedia bakal menjual sahamnya di OVO apabila bergabung dengan Gojek.
Sumber Tech In Asia yang dekat dengan OVO menilai, merger Tokopedia dan Gojek kemungkinan tidak akan berpengaruh besar terhadap bisnis fintech bernuansa ungu ini. Alasannya, “OVO sudah mengurangi ketergantungannya pada (ekosistem) Tokopedia,” demikian dikutip dari Tech In Asia, Kamis (28/1).
Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit tidak dapat mengomentari terkait rumor maupun isu yang beredar. “Saat ini, kami berfokus pada pengembangan layanan finansial,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (29/1).
Yang terbaru, OVO mengintegrasikan platform dengan layanan finansial dan investasi Bareksa. “Pengguna kini dapat mengakses layanan pembayaran digital, asuransi, pinjaman, serta investasi melalui platform OVO. Ini diharapkan terus bagi seluruh konsumen,” kata dia.
Fintech tersebut berfokus pada kolaborasi untuk mengembangkan ekosistem. Jumlah mitra pun naik 30% per kuartal III 2020.
Data Bank Indonesia (BI), OVO menguasai pasar uang elektronik di Indonesia yakni 20% pada 2019. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
2015 | 2019 | ||
Perusahaan | Pangsa pasar % | Perusahaan | Pangsa pasar % |
Bank Mandiri | 20 | OVO | 20 |
BCA | 19 | Bank Mandiri | 19 |
XL Axiata | 19 | GoPay | 19 |
BRI | 10 | DANA | 10 |
Telkomsel | 10 | BCA | 10 |
Bank Mega | 1,1 | BRI | 6,3 |
BNI | 1 | LinkAja | 5,8 |
Bank DKI | 0,8 | ShopeePay | 3,7 |
Indosat | 0,4 | BNI | 1,3 |
CIMB Niaga | 0,1 | Doku | 1,2 |
Sumber: BI
Sedangkan riset DailySocial menunjukkan bahwa GoPay menempati peringkat teratas pada tahun lalu. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
Analis di CrossASEAN Angus Mackintosh menilai, Tokopedia kemungkinan bakal menjual sahamnya di OVO jika merger dengan Gojek. Apalagi, GoPay sudah merambah bank digital lewat Bank Jago.
Selain itu, “memiliki pendukung internasional yang kuat yakni Facebook Inc dan Paypal Holdings,” kata Angus Mackintosh dalam catatannya yang dirilis tiga pekan lalu (11/1), dikutip dari Caixing Global, minggu lalu (22/1).
Sedangkan Grab mengandalkan OVO untuk hadir di Indonesia. Lalu, anak usahanya di bidang keuangan yaitu Grab Financial baru saja memperoleh pendanaan.
Itu dinilai menjadi peluang bagi Grab untuk berinvestasi. “Jika mereka menarik OVO sebagai entitas terpisah atau meletakkannya di bawah Grab, itu masuk akal. Indonesia merupakan pasar yang kompetitif, dan Grab mencari peluang apa pun untuk tetap relevan di sini,” kata dia.
Hal senada disampaikan oleh pendiri sekaligus direktur konsultasi dan penelitian fintech Asia, Kapronasia, Zenon Kapron. “Tentunya, akan menjadi tantangan jika Grab kehilangan OVO,” ujar dia.