Alibaba Cetak Pendapatan Rp 475,4 T, Bisnis Cloud Untung Pertama Kali
Perusahaan e-commerce asal Tiongkok, Alibaba mencatatkan pertumbuhan pendapatan 37% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 221,1 miliar yuan atau US$ 33,9 miliar (Rp 475,4 triliun) pada kuartal akhir 2020. Bisnis komputasi awan yakni Alibaba Cloud meraih untung untuk pertama kali.
Pertumbuhan pendapatan Alibaba itu melebihi perkiraan analis 33% atau hanya 215,4 miliar yuan. Peningkatan penghasilan raksasa teknologi ini tetap tinggi, meski tertekan kebijakan pemerintah Tiongkok.
Beijing melakukan penyelidikan terhadap Alibaba terkait dugaan monopoli. Selain itu, meminta anak usaha, Ant Group untuk merombak bisnis sehingga hanya berfokus pada layanan pembayaran.
Di tengah tekanan itu, penghasilan tetap tumbuh 37%. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) juga meningkat 22% yoy menjadi 68,4 miliar yuan atau US$ 10,5 miliar.
Sedangkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham meningkat 52% yoy menjadi 79,4 miliar yuan atau US$ 12,2 miliar.
Peningkatan pendapatan itu didorong oleh kebiasaan masyarakat di banyak negara, yang beralih ke belanja online. Selan itu, ekonomi Tiongkok mulai pulih.
"Berkat pemulihan ekonomi Tiongkok yang cepat, Alibaba mengalami (pertumbuhan bisnis pada) kuartal yang sangat sehat," kata Chairman dan CEO Alibaba Daniel Zhang dikutip dari CNN Internasional, Selasa (2/2).
Tingginya pertumbuhan pendapatan juga ditopang oleh festival belanja tahunan Singles Day 2020 atau 11.11. Nilai penjualan atau gross merchandise value (GMV) pada 11.11 tahun lalu mencapai 498,2 miliar yuan atau US$ 74,1 miliar.
Secara total, pendapatan dari lini bisnis inti e-commerce tumbuh 38% yoy menjadi 195,5 miliar yuan atau US$ 30,0 miliar. Sedangkan GMV Alibaba dari Tmall naik 19% yoy, karena tingginya permintaan produk fast-moving consumer goods (FMCG) dan perlengkapan rumah.
Total konsumen aktif tahunan di Tiongkok mencapai 779 juta. Sedangkan jumlah merek dan pedagang di platform Tmall secara global meningkat 60% yoy.
Selain bisnis e-commerce, pendapatan Alibaba ditopang bisnis cloud. Alibaba Cloud mencatatkan pertumbuhan pendapatan 50% yoy menjadi 16,1 miliar yuan atau US$ 2,5 miliar.
Alibaba Cloud juga mencatatkan keuntungan untuk pertama kalinya. EBITA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi yang disesuaikan mencapai 24 juta yuan atau US$ 3 juta.
"Bisnis cloud kami terus memperluas kepemimpinan pasar dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Ini mencerminkan potensi besar pasar cloud," kata Zhang.
Ia mengatakan, permintaan layanan cloud meningkat selama pandemi Covid-19. Utamanya dari klien di sektor digital, keuangan, dan retail.
President of Alibaba Cloud Database Products Business Feifei Li mengatakan, klien memanfaatkan teknologi cloud untuk mengelola atau memanfaatkan basis data. Biasanya, ini bertujuan mempermudah pengelolaan, analisis, dan menjaga keamanan data.
Apalagi, data Statista pada tahun lalu menunjukkan, pengeluaran perusahaan untuk infrastuktur teknologi informasi (IT) diprediksi meningkat 3,8% pada 2021. Cloud menjadi salah satu yang diandalkan.
Sedangkan Gartner memperkirakan, 75% basis data perusahaan global masuk cakupan cloud pada 2023. "Masa depan terletak pada teknologi basis data," kata Li dalam siaran pers, September tahun lalu (29/9/2020).
Cloud juga akan menjadi lini bisnis utama Alibaba di masa depan. Pada tahun ini, Alibaba berencana memperluas investasi pada lini bisnis ini.
Alibaba Group telah berinvestasi US$ 28 miliar atau sekitar Rp 435 triliun untuk pengembangan semikonduktor dan sistem operasi tahun lalu. Selain itu, membangun infrastruktur pusat data.
Berdasarkan data dari Gartner, Alibaba Cloud menduduki peringkat ketiga sebagai penyedia layanan cloud publik paling besar secara global. Sedangkan di Asia Pasifik, Alibaba Cloud menduduki peringkat pertama.
Sedangkan data IDC pada Juli 2020, Alibaba Cloud merupakan penyedia layanan cloud publik terbesar di Tiongkok. Ini diukur dari pangsa pasar Infrastructure as a Service (IaaS) dan Platform as a Service (PaaS) pada kuartal I.
Namun Alibaba kalah saing dengan Amazon dan Microsoft secara global. Berdasarkan data Statista, Amazon Web Services menguasai sekitar 33% pasar.
Sedangkan Microsoft memiliki 18% dan Google 9% pangsa pasar. Sisanya mencakup Alibaba, IBM, dan perusahaan penyedia layanan cloud lainnya.