Bos Apple Berseteru dengan Facebook Soal Data Pengguna dan Privasi
CEO Apple Tim Cook mengkritik cara Facebook memanfaatkan data pengguna. Ini merupakan pernyataan balasan, karena sebelumnya CEO Facebook Mark Zuckerberg berkomentar miring perihal kebijakan baru privasi produsen ponsel itu.
Dalam konferensi privasi data di Brussels Swiss, CEO Apple Tim Cook berpidato terkait model bisnis pemanfaatan data pengguna oleh perusahaan teknologi. Saat itu, ia mengatakan bahwa memanfaatkan data pengguna untuk meraup keuntungan dari iklan, pantas dicemooh.
"Jika bisnis dibangun di atas penyesatan pengguna atas eksploitasi data, dan dia (konsumen) tidak punya pilihan sama sekali, maka itu tidak pantas mendapatkan pujian. Itu layak dicemooh" kata Tim dikutip dari CNET, Selasa (2/2).
Ia tidak mengatakan itu Facebook. Namun, anak usaha Facebook yakni WhatsApp belakangan dikritik terkait kebijakan baru penggunaan data pengguna.
Selama berpidato, Tim menyerukan agar perusahaan teknologi memberikan perlindungan privasi yang lebih besar kepada konsumen. Dia pun memuji timnya, karena menerapkan transparansi pada toko aplikasi App Store.
"Ada ide sederhana namun revolusioner yang kami sebut label ‘nutrisi privasi’. Setiap aplikasi, termasuk yang ada di App Store, harus membagikan cara pengumpulan data dan praktik privasi mereka," kata Tim.
Dengan begitu, pengguna akan mendapatkan informasi mengenai aplikasi mana saja yang memanfaatkan datanya. Konsumen juga memiliki kebebasan dalam menentukan data mana yang bisa dan tidak boleh diambil oleh aplikasi.
"Pengguna mungkin tidak tahu apakah aplikasi yang mereka gunakan sebenarnya menyampaikan informasi tentang foto yang mereka ambil, daftar kontak, atau data lokasi, yang mencerminkan di mana mereka makan, tidur dan lainnya," ujarnya.
Sebelumnya, Apple juga merilis laporan berjudul ‘A Day in the Life of Your Data’. Dalam laporan ini, perusahaan menjelaskan cara perusahaan teknologi seperti Facebook dan Google dalam mengumpulkan data pengguna.
Menurut laporan itu, aplikasi mobile memiliki enam pelacak dari pihak ketiga. Pelacak itu berfungsi mengumpulkan dan melacak data pengguna, serta mengumpulkan informasi pribadi.
"Industri besar dan ‘buram’ telah mengumpulkan semakin banyak data pribadi. Mereka melacak dan mengambil data pengguna secara online dan offline," demikian dikutip dari laporan itu, bulan lalu (28/1).
Perusahaan teknologi itu mengumpulkan data dari berbagai sumber. Kemudian, memonetisasinya yang nilainya bisa mencapai US$ 227 miliar per tahun.
Pidato Tim dan laporan Apple tersebut dianggap sebagai balasan karena Facebook sebelumnya mengkritik kebijakan transparansi privasi di App Store. Perusahaan milik Mark Zuckerberg ini juga kabarnya berencana mengajukan gugatan antimonopoli terhadap Apple.
Facebook menuduh Apple menyalahgunakan kebijakan baru itu. Apple dianggap memaksa aplikasi pihak ketiga untuk mengikuti aturan App Store.
"Kami yakin Apple berperilaku anti-kompetitif dengan menggunakan kendali mereka atas App Store untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan pengembang aplikasi dan bisnis kecil," kata juru bicara Facebook, dikutip dari The Verge, Senin lalu (1/2).
Sebelumnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg juga menyebut Apple sebagai salah satu pesaing terbesar. Ia mengatakan, perubahan kebijakan privasi Apple akan merugikan pertumbuhan bisnis Facebook. "Termasuk jutaan bisnis di seluruh dunia," katanya dikutip CNBC Internasional, Senin (1/2).
Ia juga menilai, kebijakan baru itu hanya akan menguntungkan Apple. Menurutnya, aturan anyar ini bakal membuat iMessage berkembang menyaingi WhatsApp.
"Saya ingin menekankan bahwa kami semakin melihat Apple sebagai salah satu pesaing terbesar. iMessage merupakan kunci utama ekosistem mereka," kata Mark.
Mark juga mengatakan, WhatsApp mempunyai fitur keamanan yang lebih kredibel dibandingkan iMessage. Menurutnya, WhatsApp sudah menerapkan sistem enkripsi end-to-end yang lebih unggul dibandingkan aplikasi pesan milik Apple itu.