Gurita Bisnis Gim Tencent Dibayangi Nasib Naas Seperti Alibaba

Desy Setyowati
9 Februari 2021, 14:05
Gurita Bisnis Tencent, Incaran regulator Tiongkok Selain Alibaba
Facebook Tencent
Logo Tencent
  • Tiongkok menyelidiki Tencent terkait dugaan monopoli atas gugatan yang diajukan oleh induk TikTok, ByteDance
  • Tencent menyuntik modal 31 perusahaan gim pada 2020 untuk menghadang ByteDance
  • Tiongkok mulai menerapkan aturan antimonopoli baru, yang menyasar raksasa teknologi seperti Alibaba dan Tencent

Pemerintah Tiongkok menerapkan aturan baru antimonopoli sejak Minggu lalu (7/2). Setelah menyelidiki Alibaba, Beijing mulai menyasar pengembang gim online PUBGTencent Holdings Ltd.

Beijing menerima gugatan yang diajukan oleh ByteDance terkait dugaan monopoli. ByteDance melaporkan Tencent ke otoritas antimonopoli karena memblokir aplikasi TikTok versi Tiongkok Douyin di WeChat dan QQ selama tiga tahun.

Advertisement

Beijing Intellectual Property Court pun menerima pengajuan gugatan tersebut. “Persaingan baik untuk konsumen dan mendorong inovasi. Kami mengajukan gugatan ini untuk melindungi hak kami dan pengguna,” kata ByteDance dikutip dari Reuters, Selasa (9/2).

Di satu sisi, induk TikTok itu tengah memperluas bisnis, termasuk merambah game online dan siaran langsung (live streaming) yang menjadi pasar Tencent. Koleksi gim ByteDance lebih dari 150, mencakup "My Kungfu is Special" dan "Rooster Defense" yang kini digemari.

“Itu memaksa Tencent terlibat dalam investasi kepada 800 lebih perusahaan selama setahun terakhir,” kata sumber internal dan perusahaan portofolio Tencent. Investasi ini membantu Tencent menghadapi induk TikTok.

"ByteDance menekan dengan keras. Sebagai strategi defensif, Tencent harus menyerang dan pada saat yang sama memberikan pengaruh yang lebih besar pada perusahaan portofolio untuk membentuk garis pertahanan," kata seorang eksekutif Tencent.

Tencent pun masuk ke bisnis game kasual sederhana. Pada 2020, pengembang PUBG ini berinvestasi di Voodoo Prancis, yang sudah hadir di Tiongkok. Lalu, mengakuisisi perusahaan gim “Warframe” Leyou.

Perusahaan yang berbasis Shenzhen itu berinvestasi di 31 perusahaan gim tahun lalu, dari biasanya hanya sekitar 10 per tahun. Tencent pun di balik rencana perusahaan streaming game Huya Inc mengakuisisi DouYu International Holdings.

Namun, kini Tencent harus menghadapi penegak hukum terkait gugatan atas dugaan monopoli yang diajukan oleh ByteDance. Pada akhir tahun lalu, unit bisnis e-book, China Literature didenda Rp 1 miliar, karena tidak melaporkan akuisisi studio film New Classics Media pada 2018.

Bulan lalu, regulator Tiongkok juga menyelidiki lini bisnis e-commerce milik Tencent, Vipshop atas tuduhan 'perilaku persaingan yang tidak sehat’. Pada Desember 2020, Vipshop pun didenda oleh State Administration for Market Regulation (SAMR) karena penyimpangan harga.

Gurita Bisnis Tencent

Tencent merupakan perusahaan game terbesar di dunia. Nilai kapitalisasi pasarnya US$ 900 miliar, dan pernah menyentuh US$ 1 triliun atau sekitar Rp 14.000 triliun.

Berdasarkan laman resminya, Tencent memiliki empat bidang bisnis. Pertama, media sosial dan komunikasi yaitu WeChat, QQ, dan Qzone.

WeChat memiliki lebih dari 1,2 miliar pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) per Kuartal III 2020, berdasarkan data Statista. Secara rinci dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

WeChat pun memfasilitasi transaksi 1,6 triliun yuan (US$ 250 miliar) selama tahun lalu melalui "program mini". Ini merupakan layanan pihak ketiga yang memungkinkan pengguna membeli pakaian, memesan makanan, memanggil taksi, dan banyak lagi lewat aplikasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement