Gojek Perluas Ekspansi ke Pasar Asia Jelang Merger dengan Tokopedia

Desy Setyowati
16 Februari 2021, 08:10
Kabar Merger dengan Tokopedia dan Cara Gojek Menjegal Grab – Shopee
Katadata/desy setyowati
Ilustrasi logo Gojek
  • Gojek berfokus meningkatkan investasi di luar Indonesia pada tahun ini
  • Co-CEO Gojek Andre dikabarkan masuk jajaran direksi perusahaan e-commerce Singapura, Zilingo
  • Merger Gojek dan Tokopedia dinilai sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi pertumbuhan Grab dan Shopee

Decacorn Indonesia, Gojek berencana meningkatkan investasi di pasar Asia Tenggara, selain Indonesia.  Langkah itu ditempuh di tengah kabar perusahaan bakal merger dengan Tokopedia untuk menjegal induk Shopee, Sea Group yang menguasai pasar e-commerce di regional.

Berdasarkan data iPrice, Shopee memimpin dari sisi jumlah kunjungan ke platform per bulan di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain itu, riset perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works menunjukkan bahwa GrabFood menggungguli GoFood di regional.

Advertisement

Katadata.co.id sudah mengonfirmasi langkah Gojek dalam meningkatkan investasi di luar pasar Indonesia di Asia Tenggara. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.

Namun, DealStreetAsia melaporkan bahwa co-CEO Gojek Andre Soelistyo masuk dewan direksi di perusahaan e-commerce asal Singapura, Zilingo. “Andre akan bergabung mulai Agustus,” demikian dikutip dari DealStreetAsia, akhir pekan lalu (11/2).

Sedangkan co-CEO Gojek Kevin Aluwi sebelumnya menyampaikan, perusahaan ingin mengembangkan bisnis di Asia Tenggara. “Salah satu fokus utama tahun ini yaitu benar-benar memperluas jejak kami di luar Indonesia,” kata dia dalam program ‘Squawk Box Asia’ CNBC Internasional, dikutip akhir bulan lalu (27/1).

kevin dan andre gojek
kevin dan andre gojek (Gojek)

Gojek sudah ekspansi ke Thailand dengan nama GET dan Vietnam bernama GoViet pada 2018. Pada pertengahan tahun lalu, perusahaan mengubah nama di kedua negara itu menjadi Gojek.

Startup jumbo itu juga hadir di Singapura. Selain itu, Gojek menguji coba layanan transportasi di Malaysia dengan menggaet perusahaan lokal, Dego Ride pada awal tahun lalu.

Kevin mengatakan, investasi yang dikeluarkan oleh Gojek di luar Indonesia relatif kecil. Di satu sisi, pasar di beberapa negara di Asia Tenggara mulai pulih di tengah pandemi corona.

“Ini tahun di saat kami sangat ingin melebarkan sayap, menjadi perusahaan regional dan global,” kata Kevin. “Kami benar-benar berpikir bahwa 2021 akan menjadi tahun pertumbuhan.”

Pada tahun lalu, Gojek pun mencatatkan peningkatan nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) 10% secara tahunan (year on year/yoy) meski ada pandemi Covid-19. Total transaksi perusahaan mencapai US$ 12 miliar atau Rp 170 triliun.

“Kami menghabiskan tahun lalu dengan berinvestasi dalam banyak bisnis, produk dan dasar operasional. Profitabilitas dan keberlanjutan bisnis jangka panjang terlihat jauh lebih baik dari tahun ke tahun,” ujar Kevin.

CEO Momentum Works Li Jianggan mengatakan, para startup memperebutkan pasar Indonesia yang menjadi basis Gojek dan Tokopedia, karena populasi dan potensi pasarnya besar. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks dan Bagan di bawah ini:

Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor
Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor (Google, Temasek, dan Bain and Company: e-Conomy 2020)

“Namun, selama bertahun-tahun, banyak yang telah belajar bahwa agar untung di negara ini (Indonesia) membutuhkan permainan jangka panjang dan banyak kesabaran,” demikian kata Li dalam kolom opini, dikutip dari SCMP, bulan lalu (7/1).

Ia menilai,  Grab dan Sea Group memiliki privilege karena cakupan yang luas. Sea Group misalnya, beroperasi di Asia Tenggara, Taiwan, dan Brasil.

Grab dan Sea dapat menggunakan kepemimpinan pasar dan bisnis yang lebih menguntungkan di negara lain untuk terus mendanai pertumbuhan mereka di Indonesia. Sedangkan, menurut Li, Gojek tidak memiliki kemewahan ini.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa Tokopedia dan Gojek kehilangan uang dan pangsa pasar. “Menggalang dana tambahan dari pasar swasta menjadi sangat sulit, dan SoftBank, investor utama Tokopedia, secara terbuka mengatakan tidak akan menalangi perusahaan portofolio mana pun,” demikian dikutip.

Oleh karena itu, menurutnya kedua perusahaan mencari cara untuk lolos dari situasi ini. Salah satu caranya dengan mengkaji merger.

“Supaya merger masuk akal, entitas gabungan tidak hanya membutuhkan cerita, tetapi juga jalur yang layak untuk menangkis persaingan, mencapai profitabilitas, dan kemampuan mengeksekusi dengan baik,” demikian dikutip.

Hal senada disampaikan oleh peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda. "Dengan jumlah negara cakupan yang lebih banyak, Grab (dan Shopee) bisa memanfaatkan strategi diskon silang," kata dia kepada Katadata.co.id.

Berkat gencar promosi, Shopee memimpin di Indonesia dan Asia Tenggara dari sisi jumlah kunjungan ke platform per bulan. Secara nasional, rata-rata kunjungan ke e-commerce bernuansa oranye itu 90 juta setiap bulan.

Jumlahnya melampaui Tokopedia yang hanya 80 juta. Sedangkan data pada kuartal IV 2020 dapat dilihat pada Databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement