Ramai ‘Mr Hu’ di Twitter, E-Commerce Diminta Utamakan UMKM Lokal

Fahmi Ahmad Burhan
18 Februari 2021, 19:02
Ramai ‘Mr Hu’ di Twitter, E-Commerce Diminta Utamakan UMKM Lokal
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Warganet belakangan ini ramai membicarakan ‘Mr Hu’, sehingga tagar #SellerAsingBunuhUMKM masuk topik populer (trending topic) di Twitter. E-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak pun diminta mengutamakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

‘Mr Hu’ ramai dibicarakan di media sosial, karena beberapa konsumen mengunggah gambar produk yang mereka beli di e-commerce. Pada paket tertulis nama pengirim Mr Hu, yang alamatnya di Shangxue Industrial Park, Guangdong, Tiongkok.

Advertisement

Warganet lainnya mengomentari banyaknya pengguna yang membeli produk yang diimpor dari Tiongkok. Hal ini dinilai membunuh bisnis UMKM lokal.

Influencer Tirta Mandira Hudi atau dikenal dokter Tirta pun ikut berkomentar. “Harganya sangat murah. Transaksi eceran lintas-negara. Ini berbahaya untuk kelangsungan UMKM," kata dia melalui akun Twitter @tirta_hudhi, Rabu (17/2).

Warganet membagikan gambar paket dengan nama pengirim 'Mr Hu'
Warganet membagikan gambar paket dengan nama pengirim 'Mr Hu' (Twitter/@jojobdhina)

Alhasil, tagar #SellerAsingBunuhUMKM viral di Twitter. Data Getdaytrends menunjukkan, ada 10 ribu lebih kicauan menggunakan tagar ini.

Katadata.co.id sudah mengonfirmasi mengenai kekhawatiran masyarakat tersebut kepada Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan, pemerintah belum merilis data resmi terkait barang impor di e-commerce. “Perkiraan saya, produk lokal hanya 4-5% saja pangsa pasarnya di platform," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (18/2).

Hal itu mempertimbangkan banyaknya pengecer atau reseller yang menjual barang impor. Mereka terhitung sebagai pedagang lokal, meski produk yang dijual merupakan impor.

Pada 2019, Kemenperin pernah menyatakan bahwa 90% produk yang dijual di e-commerce merupakan impor. Namun, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) membantah hal itu dan menyebutkan bahwa impor barang per paket yang penjualnya berasal dari luar negeri hanya 0,42%.

Berdasarkan laporan JP Morgan berjudul ‘E-Commerce Payments Trend: Indonesia’ pada 2019 pun menunjukkan, hanya 7% konsumen yang membeli produk impor di e-commerce. Namun, penjualan lintasbatas berkontribusi 20%.

Barang impor yang dibeli melalui di e-commerce paling banyak dari Tiongkok, kemudian Singapura dan Jepang. Namun, JP Morgan tidak memerinci nilainya.

Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, ada beberapa toko di e-commerce yang menyebutkan dalam judul atau deskripsi bahwa produknya impor. Salah satunya, sepatu kets atau sneaker dengan judul ‘impor stylish’ yang dijual di Shopee. Ada juga dompet yang terbut dari kulit dengan deskripsi ‘import murah’ di Lazada.

Nailul mengatakan, banyaknya produk impor di e-commerce karena tingginya permintaan. Penjual asing pun berminat masuk ke pasar Indonesia.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement