Potensi Clubhouse Menyaingi Facebook, Podcast hingga TikTok

Desy Setyowati
18 Februari 2021, 16:15
Kans Clubhouse Tetap Populer Lewat Eksklusivitas dan Percakapan Audio
Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi Clubhouse
  • Jumlah pengguna aplikasi Clubhouse melonjak setelah dipromosikan oleh CEO Tesla Elon Musk.
  • Clubhouse dinilai unggul dalam hal eksklusivitas dan audio-chat, namun menghadapi tantangan privasi dan tren video pendek.
  • Facebook dan Twitter berencana meluncurkan fitur audio-chat mirip Clubhouse

Aplikasi Clubhouse populer belakangan ini, karena digunakan oleh tokoh di berbagai bidang hingga selebritas dunia, termasuk CEO Tesla Elon Musk. Platform ini menawarkan eksklusivitas dan percakapan berbasis audio, yang dinilai menjadi era baru media sosial.

Setelah dipromosikan oleh Elon Musk dan tokoh lainnya, jumlah pengguna Clubhouse bertambah 1,4 juta kurang dari dua bulan. Kini, jumlah penggunanya sekitar 2,4 juta. Padahal, aplikasi ini baru tersedia di perangkat Apple.

Advertisement

Valuasinya juga meningkat dari US$ 100 juta pada Mei 2020 menjadi US$ 1 miliar saat ini. “Aplikasi audio menjadi lebih menarik, sebagian karena popularitas podcast dan pengguna yang mulai lelah menggunakan Zoom,” kata analis industri teknologi Jeremiah Owyang dikutip dari The Wall Street Journal, Kamis (18/2).

Clubhouse merupakan aplikasi obrolan berbasis audio, yang memungkinkan pengguna mendengarkan percakapan, wawancara, dan diskusi. Konsepnya mirip podcast, tetapi bersifat langsung dan ekslusif.

Aplikasi itu dikembangkan oleh perusahaan di Silicon Valley Alpha Exploration Co. Korporasi ini didirikan oleh Paul Davidson dan Rohan Seth, yang pernah bekerja di Google.

Jeremiah menyebut aplikasi obrolan berbasis audio sebagai ‘Goldilocks’, karena tidak impersonal seperti teks atau seinvasif video. “Aplikasi audio tumbuh pesat selama pandemi corona, karena orang membutuhkan hubungan sosial dan percakapan langsung, yang memberikan lebih banyak empati ketimbang obrolan teks,” ujar dia.

Editor konten di Social Media Today Andrew Hutcherson sepakat bahwa media sosial berbasis suara mengedepankan konektivitas, dan menghilangkan kekhawatiran tentang penampilan. Ia menilai, kunci dari aplikasi Clubhouse yakni menjaga kualitas percakapan.

“Dengan sekelompok kecil pembicara yang berpengaruh dan populer, itu lebih mudah (dalam berinteraksi), tetapi semakin besar hasilnya,” kata Andrew dikutip dari The Wire, pekan lalu (10/2).

Sebelumnya, riset Counterpoint pun menunjukkan bahwa konsumsi audio beralih dari sekadar mendengarkan musik atau streaming music menjadi konten dengan topik tertentu. Pada tahun lalu, tema yang paling banyak dicari yakni pandemi corona.

Stasiun siaran LBC pun mengklaim jumlah pendengar meningkat 15% per April 2020. Sedangkan BBC mencatatkan peningkatan 18%.

Hal itu juga yang membuat popularitas podcast berlanjut. Angka pengguna dan topik yang paling banyak dipilih dapat dilihat pada Databoks dan Infografik di bawah in:

Podcast Kian Populer
Podcast Kian Populer (Katadata)

Namun, Andrew juga menilai bahwa audio-chat diminati saat pandemi Covid-19 karena ada kebutuhan untuk berinteraksi secara langsung. “Video live-streaming mengalami peningkatan besar tahun lalu. Clubhouse kemungkinan besar mengikuti gelombang yang sama. ”

Ia pun menilai, Clubhouse potensial karena pengguna dapat memilih konten yang ingin didengar dan dibahas. Konsumen juga bisa masuk dan keluar dari ruang obrolan dengan sekali klik.

Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa pemilihan topik penting dalam menggaet pengguna di Clubhouse. “Jika dapat membuat pengguna tetap datang kembali, maka Clubhouse akan menang,” kata Andrew.

Selain itu, Clubhouse menawarkan eksklusivitas. Bukan karena baru tersedia di iPhone atau iPad. Apalagi, Alpha Exploration Co mempertimbangkan untuk hadir di perangkat Android.

Eksklusivitas itu karena butuh undangan untuk bisa membuat akun dan mengikuti obrolan. Saat ini, pengguna dibatasi dua undangan.

Meski begitu, mereka yang belum mendapatkan undangan, dapat mendaftarkan nama di basis data. Aplikasi akan menyimpan detail login, yang bisa digunakan saat platform membuka akses untuk penggunaan massal.

Andrew menilai, eksklusivitas membuat Clubhouse menarik di mata pengguna. Apalagi, setiap orang bisa berinteraksi dengan tokoh dan selebritas seperti Elon Musk, Ashton Kutcher, Mark Zuckerberg, Kanye West, Drake, Kevin Hart, dan banyak lagi.

“Dalam hal ini, Clubhouse benar-benar mendapat manfaat dari pendekatan klub eksklusif khusus undangan. Dengan mendapatkan undangan awal untuk orang-orang terkenal, itu meningkatkan faktor kekhawatiran ketinggalan informasi alias Fear of Missing Out (FOMO),” kata dia.

Akan tetapi, Andrew memperingatkan bahwa tren media sosial terus berkembang. “Clubhouse menambahkan elemen lain (pada platform), tetapi sebagian besar isinya sama (dengan media sosial lain) yang dikemas berbeda. Saya ragu ini akan memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada tren konsumsi konten,” katanya.

Sebelumnya, Path juga membatasi jumlah pertemanan hanya 50 orang untuk menjaga privasi. Lalu, ditambah menjadi 150 orang. Alasannya, hasil penelitian profesor evolusi psikologi Oxford Robin Dunbar menunjukkan, hubungan sosial yang dapat dipertahankan oleh otak manusia hanya 150.

Konsep utama Path yakni eksklusivitas informasi, sama seperti Clubhouse. Jumlah penggunanya pun terus melonjak dari dua juta pada awal 2012 menjadi 10 juta pada Maret 2013.

Namun, Path tersandung persoalan privasi karena mengakses dan menyimpan kontak telepon pengguna tanpa izin pada 2012. Lalu, perusahaan diketahui menyimpan data pengguna di bawah umur, sehingga didenda US$ 800 ribu pada 2013.

Jumlah penggunanya pun terus menurun. Selain karena persoalan privasi, Path kalah saing dari Instagram dan Facebook. Platform ini pun ditutup pada Oktober 2018.

1.Miripnya-Logo-Path-dan-Pininterest.1.jpg
Logo Path (KATADATA)

Tantangan Clubhouse

Clubhouse pun disorot soal privasi. Peneliti siber Stanford Internet Observatory (SIO) khawatir data percakapan suara pengguna dikirim ke server di Negeri Panda. SIO melaporkan bahwa infrastruktur back-end perusahaan media sosial itu disediakan oleh perusahaan Tiongkok bernama Agora. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement