Raksasa Teknologi Dunia di Balik Upaya RI Atasi Krisis Talenta Digital

Desy Setyowati
24 Februari 2021, 13:40
Raksasa Teknologi Dunia di Balik Upaya RI Atasi Krisis Talenta Digital
123rf.com
Ilustrasi
  • Riset Amazon menunjukkan, hanya 19% dari angkatan kerja di Indonesia yang punya keahlian digital
  • Indonesia ditopang raksasa teknologi dunia untuk mengatasi defisit talenta digital
  • Startup Indonesia menjadi rebutan raksasa teknologi AS dan Tiongkok

Riset Amazon Web Services (AWS) dan AlphaBeta menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.

McKinsey dan Bank Dunia juga memperkirakan, Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.

Advertisement

Meski begitu, raksasa teknologi Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) yang berinvestasi di Indonesia rerata menyediakan program pelatihan. Bahkan, beberapa membangun pusat pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny Plate mengatakan, pemerintah memang menggaet perusahaan teknologi global untuk mengembangkan SDM digital. Kolaborasi ini mulai dari pengembangan tingkat dasar, menengah, dan atas di bidang digital.

Pada tingkat dasar, kementerian berfokus mendorong literasi digital masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ini karena pemerintah menargetkan 30 juta dari 64 juta lebih UMKM, masuk ekosistem digital.

BANK INDONESIA TARGETKAN 12 JUTA PENGGUNA QRIS
BANK INDONESIA TARGETKAN 12 JUTA PENGGUNA QRIS (ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.)

Untuk tingkat menengah, Kominfo menggelar Digital Talent Scholarship bagi 100 ribu peserta tahun ini. “Kami bekerja sama dengan perusahaan teknologi global, sehingga ahli yang memberikan pelatihan,” kata Johnny dalam rapat kerja virtual, Rabu (24/2).

Kementerian juga menggelar Digital Leadership Academy yang menyasar pendiri startup hingga pejabat pemerintah daerah (pemda). “Kami juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi global dan negara mitra seperti India, Tiongkok, Singapura, dan lainnya. Ini untuk mendukung smartcity yang sedang kami kembangkan,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mendorong perusahaan teknologi untuk menggencarkan pelatihan. “Tidak bisa hanya pemerintah. Perguruan tinggi dan swasta perlu meningkatkan literasi digital generasi muda agar menggunakan internet dengan tanggung jawab memerangi hoaks dan meningkat produktivitas,” kata dia dalam acara Google4ID, akhir tahun lalu (18/11/2020).

Di luar program kementerian, raksasa teknologi pun gencar menggelar pelatihan di Indonesia. Yang terbaru, AWS bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait program Merdeka Belajar.

Perusahaan asal AS itu merancang konten edukasi untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum di lima universitas di Tanah Air. “Siswa nantinya bisa memelajari dasar-dasar mengenai komputasi awan (cloud) dan teknologi terkait seperti keamanan siber, analisis data, machine learning hingga Internet of Things (IoT),” demikian dikutip dari siaran pers, Selasa (23/2).

Melalui program itu, AWS bakal menyediakan serangkaian kegiatan pelatihan yang mencakup lebih dari 80 kursus gratis dalam bahasa Indonesia, laboratorium interaktif, dan sesi pemelajaran virtual.

Selain itu, menawarkan kepada siswa, konten pembelajaran mandiri secara online mengenai jejak karier di bidang komputasi awan seperti cloud engineer, cybersecurity specialist, machine learning scientist maupun data scientist.

Program pelatihan itu hadir di saat AWS membangun pusat data (data center) di Jawa Barat, Indonesia. Fasilitas itu ditarget rampung tahun ini.

Anak usaha Amazon itu menilai, Nusantara merupakan pasar potensial karena ada banyak startup dan UMKM. “Ini potensial bagi bisnis komputasi awan," kata Head of Solutions Architect, ASEAN AWS Paul Chen dalam AWS Media Briefing ‘Prediksi Cloud dan Inovasi Teknologi Digital 2021’, tiga minggu lalu (1/2).

Namun, data Boston Consulting Group menunjukkan bahwa butuh 350 ribu tenaga kerja baru hingga 2023, apabila adopsi cloud signifikan di Indonesia. Sedangkan Bank Dunia memperkirakan, komputasi awan merupakan salah satu teknologi potensial yang masif diadopsi pada 2025.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement