Ahli IT Ungkap Dua Modus Penipuan Akun Bodong BCA hingga BNI

Desy Setyowati
15 Maret 2021, 16:34
Ahli IT Ungkap Dua Modus Penipuan Akun Bodong BCA hingga BNI
ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Warganet menyoroti maraknya akun media sosial palsu mengatasnamakan bank seperti BCA, BNI, dan BRI. Ahli informasi dan teknologi (IT) menyebutkan setidaknya dua modus penipuan menggunakan akun bodong.

Peneliti keamanan siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mengatakan, kasus penipuan lewat customer service palsu sudah sering terjadi. “Para pelaku ini memanfaatkan dua hal,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (15/3).

Advertisement

Pertama, fitur pencarian (searching) di media sosial seperti Twitter. Mereka dapat melihat warganet mana saja yang menyebut (mention) akun resmi perbankan untuk meminta bantuan.

“Seketika mereka bisa membalas atau menyerobot dan menyebut (mention) calon korbannya,” ujar dia. Biasanya, pelaku menggunakan nama akun yang mirip dengan yang resmi.

Ia mencontohkan akun @hal0BCA yang mirip dengan yang resmi yakni @haloBCA. Bisa juga bernama @adminBCAjkt, sehingga seolah-olah resmi.

Kedua, penipu menyasar akun resmi perbankan yang lambat membalas. Ia mencontohkan salah satu warganet yang mengaku korban di media sosial mengatakan bahwa akun asli BNI membalas setelah dua hingga empat jam. “Ini peluang bagi penipu,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya perbankan perlu memberikan perhatian khusus terhadap kanal resmi di media sosial. “Sebaiknya ada sumber daya manusia (SDM) yang cukup untuk melayani nasabah agar tidak menjadi korban penipuan,” kata dia.

Hal senada disampaikan oleh Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya. Ia menilai, perbankan dan kepolisian harus pro aktif mencegah penipuan di media sosial seperti ini.

“Imbas penipuan-penipuan tersebut, indeks kesopanan digital atau Digital Civility Index (DCI) Indonesia turun,” kata Alfons kepada Katadata.co.id. Berdasarkan laporan Microsoft mengenai DCI, skor tingkat kesopanan warganet Indonesia yang terendah se-Asia Pasifik.

Kesopanan yang dimaksud dalam laporan itu terkait perilaku warganet di dunia maya dan aplikasi media sosial, termasuk risiko penyebarluasan hoaks, ujaran kebencian, diskriminasi, misogini, cyberbullying, trolling atau tindakan sengaja untuk memancing kemarahan, pelecehan terhadap kelompok marginal hingga penipuan.

Microsoft memberi peringkat berdasarkan skor 0 sampai 100. Semakin rendah skor, maka semakin tinggi tingkat kesopanan negara dalam berinternet.

Indonesia meraih skor DCI 76 atau yang terendah se-Asia Pasifik. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement