Diblokir Twitter - Facebook, Trump Akan Buat Media Sosial Sendiri
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana membuat platform media sosial sendiri. Ini dilakukan setelah akunnya diblokir oleh beberapa perusahaan teknogi seperti Facebook, YouTube, dan Twitter.
Rencana tersebut diungkapkan oleh mantan penasihat senior sekaligus jur bicara kampanye Trump saat pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020, Jason Miller. Ia mengatakan, Trump berencana merilis platform ini dalam tiga bulan ke depan.
"Saya pikir Trump akan kembali ke media sosial dua atau tiga bulan ini," kata Miller dikutip dari The Guardian, Senin (22/3). "Semua orang akan menunggu dan melihat apa yang akan Trump lakukan, tetapi ini akan menjadi platform-nya sendiri."
Miller tidak memerinci format dan cara kerja media sosial itu. Ia hanya mengatakan bahwa platform ini menargetkan puluhan juta pengguna.
"Platform baru ini akan menjadi besar dan semua orang menginginkannya. Dia (Trump) akan membawa jutaan bahkan puluhan juta orang ke platform baru," ujarnya.
Akun media sosial Trump di Twitter @realDonaldTrump memang memiliki 88 juta pengikut (follower). Sedangkan di Instagram sekitar 24,4 juta.
Namun, akun-akun tersebut diblokir karena unggahan Trump dinilai dapat membahayakan publik, salah satunya terkait kerusuhan di gedung Capitol pada Januari.
Setelah tak lagi menjabat presiden, ia meninggalkan Washington dan kembali ke resor di Mar-a-Lago, di Florida, AS. Meski tidak aktif di media sosial, Miller mengatakan bahwa Trump terus bekerja keras.
"Ada banyak pertemuan ‘berkekuatan besar’ yang dia lakukan di Mar-a-Lago dengan beberapa tim. Bukan hanya satu perusahaan yang mendekati. Ada banyak," ujarnya.
Pada Januari lalu, Trump disorot oleh perusahaan teknologi terkait unggahannya yang dinilai kontroversial, termasuk terkait kerusuhan di gedung Capitol. Twitter pun memblokir akunnya secara permanen, karena cuitannya dikhawatirkan mendorong penghasutan kekerasan.
Facebook juga membekukan media sosial Trump hingga pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS pada 20 Januari. Kemudian YouTube milik Google menangguhkan channel Trump karena dianggap melanggar kebijakan terkait penghasutan kekerasan.
Setelah itu, pendukung Trump menggunakan Parler sebagai media sosial alternatif. Namun, toko aplikasi milik Google dan Apple, serta Amazon memblokir Parler karena diduga digunakan oleh para penghasut kerusuhan di gedung Capitol.
Meski begitu, Trump mengunggah video melalui akun resmi Rumah Putih. Ia juga mengirimkan kampanye via sms dan email untuk menyebarkan klaim penipuan pemilu.
Trump juga sempat memprotes pemblokiran media sosialnya dan menyebut perusahaan teknologi itu memecah belah bangsa. “Saya pikir big tech melakukan hal yang mengerikan bagi negara kita. Saya yakin itu akan menjadi kesalahan yang sangat besar bagi mereka. Mereka memecah belah dan memecah belah,” kata Trump kepada wartawan saat akan melakukan perjalanan ke Texas, dikutip dari Reuters, Januari lalu (13/1).