GoPay, OVO hingga Bank Hadapi Risiko Sindikat Penipuan dan Deepfake

Fahmi Ahmad Burhan
25 Maret 2021, 18:31
GoPay, OVO hingga Bank Hadapi Risiko Sindikat Penipuan dan Deepfake
Katadata/desy setyowati
Ikon aplikasi fintech pembayaran

Permintaan layanan startup teknologi finansial (fintech) seperti GoPay dan OVO hingga perbankan melonjak saat pandemi corona. Namun, tantangan kejahatan siber seperti penipuan (phising) sampai penggunaan teknologi deepfake juga meningkat.

“Perubahan perilaku masyarakat disertai dengan peningkatan risiko keamanan siber, salah satunya phising. Keamanan siber harus menjadi fondasi pengembangan ekosistem digital,” kata Deputi Bidang  Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin dalam acara FinTech Talk bertema ‘Rolling in the Deep: The Role of  Cyber security in Accelerating the Adoption of Innovation in Digital Financial Services  Ecosystem’, Kamis (25/3).

Phising yakni penipuan dengan cara mengelabui calon korban. Pada akhir tahun lalu, Kepolisian bahkan menangkap sindikat pembobol rekening perbankan dengan modus meminta one time password (OTP) ke nasabah serta pengguna aplikasi ojek online.

Ada sekitar 10 pelaku yang terlibat dalam komplotan tersebut. Kepolisian mencatat, mereka berhasil membobol setidaknya 3.070 akun nasabah bank sejak 2017.

Kerugian dari pembobolan akun bank diperkirakan Rp 19 miliar. Sedangkan untuk akun aplikasi ojek online Rp 2 miliar. Maka totalnya Rp 21 miliar.

Selain phising, serangan siber dengan mengirimkan malware meningkat. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, jumlah serangan siber melonjak lima kali lipat dari 29,63 juta pada semester I 2019 menjadi 149,78 juta di paruh pertama tahun lalu.

Berdasarkan hasil pengawasan BSSN pada berbagai aspek dan parameter keamanan siber nasional 2020, terdapat anomali traffic 495,33 juta sepanjang tahun lalu. “Yang tertinggi terjadi pada Desember 2020 yakni 7,3 juta anomali,” kata Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN Retno Artinah.

Kejahatan siber lainnya yang menyasar sektor keuangan yakni penggunaan teknologi deepfake. Ini merupakan bentuk manipulasi suara dan wajah seseorang dalam bentuk video dengan mengandalkan deep learning.

Teknologi deep learning merupakan bagian dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yang secara umum mampu mengolah audio dan video. Client Technologist, Cybersecurity Function Lead, Lenovo Central Asia  Pasific Chris Tan mengatakan, deepfake menjadi salah satu tantangan perusahaan finansial.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...