Wawancara Eksklusif Swiss Re: Bisnis Asuransi Berubah saat Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
1 April 2021, 07:00
Eksklusif Wawancara Swiss Re: Perubahan Bisnis Asuransi saat Pandemi
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Asuransi menjadi salah satu sektor yang terkena dampak pandemi corona. Perusahaan reasurasni dan asuransi Swiss Re menilai, merambah layanan digital merupakan keharusan.

Hal itu bertujuan menjangkau konsumen. “Digital adalah masa depan,” kata Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re Jolene Loh kepada Katadata.co.id, Selasa (30/3).

Advertisement

Laporan terbaru Swiss Re pun menunjukkan, 76% masyarakat Indonesia tertarik membeli produk asuransi secara online. Ini terdorong perubahan kebiasaan masyarakat yang beralih ke digital saat pandemi Covid-19.

Riset itu berdasarkan survei terhadap 1.800 konsumen di India, Malaysia, dan Indonesia pada Juni 2020. Responden dianggap mewakili 1,5 miliar penduduk kelas menengah yang semakin bergantung pada layanan digital.

Meski begitu, masyarakat masih membutuhkan layanan offline. Setidaknya, 40% responden memilih untuk mendapatkan penjelasan dari agen terlebih dulu sebelum membeli produk asuransi.

Oleh karena itu, Jolene Loh menilai bahwa cara tepat untuk memaksimalkan potensi pasar yakni menerapkan strategi omni-channel.

Katadata.co.id pun berbincang-bincang dengan Jolene terkait besarnya potensi layanan asuransi digital di pasar Indonesia. Selain itu, mengenai strategi yang cocok diterapkan oleh pelaku asuransi untuk memaksimalkan potensi pasar.

Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re Jolene Loh
Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re Jolene Loh (Swiss Re)

Apakah pandemi memengaruhi kinerja bisnis SwissRe, khususnya di Indonesia dan secara umum?

SwissRe berbisnis di Indonesia selama beberapa tahun, tapi saya harus katakan, kehadiran kami di Tanah Air tidak terlalu lama. Jadi, untuk reasuransi pada dasarnya kami bekerja sama dengan perusahaan asuransi di Indonesia dan yang kami lakukan adalah memberikan perlindungan kepada perusahaan asuransi. Kami kemudian memberikan proteksi kepada masyarakat Indonesia.

Selama pandemi, terjadi pembatasan interaksi sosial. Di Indonesia, saat ini saluran distribusi utama sebenarnya adalah keagenan. Pembatasan itu kemudian membuat orang tidak bisa bertemu dengan agennya.

Jadi, mereka mulai menggunakan saluran digital sebagai cara untuk mengetahui lebih banyak tentang produk asuransi. Mereka menemukan lebih banyak pemahaman tentang bagaimana bisa membeli produk asuransi secara digital.

Para konsumen juga memulai langkah secara proaktif untuk mengetahui lebih banyak tentang asuransi. Selama pandemi, saya pikir sudah saatnya mereka mulai melihat pentingnya asuransi. 

Dengan perlindungan asuransi jika sesuatu terjadi pada mereka, perlindungan asuransi akan membantu membayar sejumlah kompensasi untuk membantu mereka dalam biaya hidup sehari-hari.

Apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pandemi?

Kami menyediakan reasuransi kepada perusahaan asuransi di Indonesia. Jadi, ketika perusahaan asuransi tidak bisa bertemu langsung dengan nasabah, saya yakin bisnis mereka sedang menderita. Itu berarti penjualan perusahaan asuransi turun drastis, pada tahap awal.

Ketika nasabah mulai membeli asuransi secara digital, itu artinya mereka secara bertahap menemukan bahwa nasabah mencari (layanan) asuransi lagi.

Saat terjadi pandemi, inilah saatnya mereka membeli asuransi. Kami menyediakan layanan asuransi dan reasuransi ke Indonesia.

Saya katakan bisnis mereka terpuruk karena mereka tidak bisa bertatap muka, tetapi ketika pelanggan mulai melihat digital, mereka mulai membeli asuransi lagi.

Apa tantangan terbesar yang dihadapi SwissRe dan industri asuransi pada umumnya selama pandemi?

Menurut saya, tantangan terbesarnya adalah menjangkau pelanggan. Jadi, jika satu-satunya cara untuk menjangkau pelanggan dengan cara digital, maka itu sangat tergantung pada seberapa mungkin digital dapat menghubungkan pelanggan.

Hal yang menarik yakni penduduk Indonesia yang sangat besar, tetapi sangat terkoneksi dan melek digital. 

Kami menemukan bahwa masyarakat Indonesia sangat paham teknologi dalam banyak layanan. Misalnya, mereka membeli barang dari supermarket, belanja dan memesan makanan secara online.

Kami juga menemukan banyak orang Indonesia menggunakan online banking, dompet digital, dan platform digital lainnya. Ketika orang Indonesia sudah nyaman dan percaya untuk menggunakan saluran digital, mereka juga akan nyaman membeli produk asuransi secara online.

Sebenarnya, perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan platform digital akan mendapatkan keuntungan luar biasa. Mereka masih bisa menjual produk melalui channel tersebut.

Dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, apa saja potensi dan tantangan asuransi digital di Indonesia?

Jika saya melihat Asia Tenggara, Indonesia adalah wilayah terpadat dan sangat besar untuk dituju, dibandingkan negara yang lebih berkembang seperti Singapura dengan wilayah yang sangat sempit.

Ada yang disebut sebagai penetrasi asuransi (insurance penetration). Ini berarti seberapa banyak penduduk yang akan membeli asuransi. 

Untuk negara seperti Singapura, penetrasi asuransinya cukup tinggi. Namun, di Indonesia yang populasinya sangat besar, tingkat penetrasi asuransi jauh lebih rendah.

Jadi, ketika tingkat penetrasi asuransi rendah, itu berarti ada potensi pertumbuhan yang luar biasa. Artinya, lebih banyak orang dan lebih besar dalam hal ukuran pasar. 

Namun, perlu dilihat perkembangan pasarnya. Ketika kita melihat Singapura atau Hong Kong yang sangat berkembang, masyarakat lebih mengenal produk asuransi dan masyarakat membeli ini untuk meningkatkan proteksi.

Di pasar seperti Indonesia, di mana orang-orang masih belajar tentang asuransi, ada kesenjangan, tentang apa yang mereka pikir dan butuhkan untuk perlindungan. Ini berpotensi menjadi tantangan, namun sekaligus menjadi peluang bagi perusahaan asuransi untuk mengedukasi nasabah dan memasarkan produk. 

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement