Riset: Pemerintah Bisa Hemat Rp 1 Triliun karena Aplikasi Kesehatan
Riset dari perusahaan konsultasi manajemen global Kearney memperkirakan, pemerintah bisa menghemat Rp 1 triliun per bulan jika menggunakan aplikasi kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, dan Good Doctor. Namun, startup di sektor ini di Indonesia rerata masih menyasar konsumen individu.
Riset Kearney bertajuk ‘are Indonesia’s digital health apps fit enough to disrupt the market?’ menyebutkan empat model bisnis di Tanah Air yakni business to costumer (B2C), business to business (B2B), freemium, serta sponsor subscription dan freemium.
Pakar Praktik Perawatan Kesehatan di Kearney Sanath Kumar Subramanyam mengatakan, keempat segmen pasar itu potensial. "Namun, sebagian besar aplikasi kesehatan di Indonesia hanya berfokus pada model B2C," kata dia dalam siaran pers, Rabu (14/4).
Sedangkan model B2C dinilai tidak akan berkelanjutan dan menguntungkan. Sanath menilai, startup kesehatan perlu mengubah model bisnis untuk tumbuh dan berkembang saat pandemi corona.
"Mereka perlu merancang produk dan layanan yang disesuaikan guna memenuhi kebutuhan pelanggan,” ujar Sanath.
Salah satu caranya yakni menerapkan model B2B atau menyasar segmen korporasi, tetapi yang didukung oleh pemerintah. Segmen yang bisa disasar yakni masyarakat kurang mampu dan menjadi tanggungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan.
Dengan menyasar segmen tersebut, startup dapat memberikan solusi inovatif untuk program perawatan kesehatan yang berkelanjutan. Berdasarkan riset, solusi ini berpotensi memotong belanja bulanan pemerintah Rp 1 triliun untuk perawatan kesehatan dasar BPJS 10-20%.
Startup kesehatan dan pemerintah dapat berkolaborasi dalam memanfaatkan kapabilitas teknologi guna meningkatkan efisiensi operasional BPJS. Dengan begitu, defisit pemerintah dari rasio kerugian medis bisa teratasi sedikit.