Huawei Dikabarkan Lepas Pasar Ponsel Kelas Bawah karena Cip Langka
Perusahaan asal Tiongkok, Huawei disebut-sebut berencana melepas pasar ponsel pintar (smartphone) kelas bawah atau low end sepenuhnya. Ini karena kelangkaan cip (chipset).
Beberapa karyawan dari toko resmi Huawei, MyDrivers, mengatakan bahwa perusahaan menjual sedikit perangkat. Hampir setiap model smartphone di toko sudah habis. Konfigurasi dan varian warna tertentu juga tidak tersedia.
Hanya empat model ponsel Huawei yang dijual di lima toko MyDrivers. Dari keempat model itu, ponsel kelas bawah hampir tidak ada sama sekali.
Toko resmi Huawei di Chengdu, Tiongkok misalnya, tidak lagi menjual ponsel Huawei seri Nova yang ditujukan untuk pelajar. Dari varian ini, hanya tersisa Nova 8 Pro. Jumlahnya pun terbatas.
Harga Nova 8 Pro juga bukan lagi tergolong kelas bawah, yakni 3.999 yuan atau sekitar US$ 617 (Rp 8,8 juta).
Karyawan MyDrivers yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Huawei menjual sedikit produk karena kelangkaan cip. "Dunia sedang menghadapi kekurangan semikonduktor. Berbagai industri terkena dampak parah," demikian dikutip dari Gizmochina, Kamis (6/5).
Kelangkaan cip terjadi sejak awal tahun. Tidak hanya memukul produsen ponsel, tetapi juga otomotif.
Kelangkaan itu disebabkan oleh tindakan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memasukkan beberapa perusahaan semikonduktor asal Tiongkok ke dalam daftar hitam (blacklist) perdagangan maupun keamanan.
Trump membatasi pasokan bahan baku ke raksasa semikonduktor asal Negeri Panda, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC). Produksi cip SMIC pun terbatas.
Alhasil, sejumlah perusahaan beralih ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) untuk mendapatkan cip. Namun, perusahaan itu kewalahan memenuhi permintaan, sehingga semikonduktor ini mengalami kelangkaan.
Belum lagi, Huawei terpaksa menghentikan produksi cip Kirin pada akhir tahun lalu. Sebab, perusahaan masuk blacklist terkait perdagangan di AS.
Departemen Perdagangan AS juga mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk tidak berbisnis dengan Huawei. "Pemasok Huawei yang membuat HiSilicon tak bisa terus memproduksi cip, komponen utama ponsel,” kata CEO Unit Bisnis Konsumen Huawei Richard Yu, dikutip dari Reuters, Sabtu (8/8).
Namun, pemerintah Tiongkok menggaet 90 perusahaan, termasuk Xiaomi dan Huawei, untuk mengembangkan industri semikonduktor lokal. "Mereka akan memperkuat industri semikonduktor Tiongkok," demikian isi informasi resmi yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT), dikutip dari Gizchina, Februari lalu (1/2).
Beijing juga menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendorong industri semikonduktor lokal. Pada tahun lalu, Beijing membebaskan pajak selama 10 tahun bagi produsen yang beroperasi lebih dari 15 tahun dan berkomitmen membuat cip 28 nanometer atau lebih canggih.
Pelaku usaha di bidang desain cip dan perangkat lunak juga menerima insentif pajak. Lalu, Beijing memberikan pendanaan dan mendorong perusahaan cip mendaftar di bursa saham.
Tiongkok juga menargetkan pertumbuhan produksi industri semikonduktor lokal dari 40% tahun lalu menjadi 70% pada 2025. "Ini menandakan bahwa pemerintah Tiongkok memiliki dukungan politik yang kuat untuk sektor ini," kata analis teknologi di Gavekal Dragonomics Dan Wang dikutip dari CNBC Internasional, Agustus tahun lalu (10/8/2020).