TikTok Gaet Xiaomi dan Rekrut Ribuan Pekerja untuk Saingi Alibaba
Pengembang aplikasi TikTok, ByteDance merekrut ribuan pekerja untuk mengembangkan lini bisnis e-commerce dan bersaing dengan Alibaba. Perusahaan asal Tiongkok ini juga berkolaborasi dengan merek lain seperti Xiaomi untuk mendorong transaksi.
"ByteDance merekrut 1.900 tenaga kerja untuk tim dukungan pelanggan dan lebih dari 900 posisi guna mendukung bisnis," demikian dikutip dari Bloomberg, Minggu (9/5).
Di Asia Tenggara, pengembang TikTok itu juga gencar membuka lowongan kerja untuk mengembangkan bisnis e-commerce. Di Indonesia misalnya, TikTok membuka lowongan untuk posisi bisnis dan operasional seperti category lead, logistik, dan pengembangan usaha.
Di Singapura, perusahaan mencari tenaga kerja untuk posisi pengembangan teknologi seperti software engineer dan data engineer.
Induk TikTok itu juga membuat sistem yang menghubungkan antara penjual atau brand dengan influencer, serta agensi. Salah satu perusahaan yang tertarik yakni Xiaomi. Produsen ponsel pintar (smartphone) ini mempromosikan Mi TV dan ponsel lewat fitur siaran langsung (live streaming).
ByteDance juga mengembangkan sistem rekomendasi berbasis minat di platform video pendek dengan mengandalkan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Dengan sistem rekomendasi itu, platform video pendek akan semakin terhubung dengan lebih banyak produk.
Selain itu, perusahaan melarang para konten kreator atau live-streamer menjual atau mengarahkan pengguna ke aplikasi e-commerce lain seperti Alibaba atau JD.com. ByteDance akan mengalihkan mereka untuk membuka toko di platform sendiri.
Induk TikTok merambah layanan belanja online sejak 2019. Melalui layanan ini, influencer dapat mengarahkan pengikut ke akun sponsor. Sedangkan calon konsumen dapat mengeklik tautan yang ada pada profil, lalu akan diarahkan ke toko online.
ByteDance telah menjual barang seperti alat make-up, pakaian, dan barang dagangan lainnya total US$ 26 miliar atau Rp 367 triliun sepanjang tahun lalu. Padahal, platform e-commerce Taobao milik Alibaba membutuhkan enam tahun untuk mencapai total transaksi sebanyak itu.
Direktur pengelola Blue Lotus Capital Advisors Shawn Yang mengatakan, platform video pendek seperti TikTok memiliki banyak keunggulan. “TikTok tidak hanya dapat iklan, tapi juga bisa mengandalkan live-streaming, e-commerce, layanan kehidupan lokal, dan pencarian. Ini memiliki banyak ruang," kata Shawn.
Selain menyaingi Alibaba, upaya ByteDance membidik pasar e-commerce Tiongkok yang bernilai US$ 1,7 triliun untuk menarik minat investor menjelang penawaran saham perdana ke publik alias IPO.
Rencana IPO Bytedance mencuat setelah perusahaan merekrut kepala keuangan Chew Shou Zi pada Maret. Sebelumnya, Chew menangani IPO Xiaomi Corp.
Namun, rencana Bytedance melantai di bursa saham terkendala regulasi dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kedua pemerintah gencar menerapkan kebijakan antimonopoli.