Fintech Alami Beli BPR, Bidik Potensi Besar Bank Digital Syariah di RI

Desy Setyowati
25 Mei 2021, 07:00
Fintech Alami Beli Bank, Bagaimana Potensi Bank Digital Syariah RI?
ANTARA FOTO/Audy Alwi
Pegawai Mandiri Syariah (kanan), melayani nasabah di Branch Digital Mandiri Syariah, Thamrin, Jakarta, Jumat (13/12/2019).

Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) syariah, Alami membeli Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada Maret. Perusahaan berencana mengembangkan bank berbasis teknologi lewat akuisisi ini.

CEO Alami Dima Djani menyampaikan, proses akuisisi dan penambahan modal tersebut dilakukan secara bertahap. “Saat ini nilainya mencapai lebih dari Rp 50 miliar,” kata dia saat wawancara dengan Katadata.co.id, Senin (24/5).

Ia mengatakan, potensi keuangan syariah di Indonesia sangat besar. Dia juga memperkirakan, pemain di industri bank digital syariah Tanah Air semakin banyak tahun ini.

Induk Shopee, Sea Group misalnya, dikabarkan tengah menjalani proses mengakuisisi Bank Net Indonesia Syariah (BANK) yang kini bernama Bank Aladin.

“(Pemain) di industri keuangan syariah akan semakin banyak. Beda bank, beda segmen,” ujar Dima. Namun, “pangsa pasarnya di Indonesia masih sangat besar.”

Katadata.co.id pun berbincang-bincang dengan Dima terkait besarnya potensi pasar keuangan syariah di Indonesia, khususnya bank digital berbasis syariat Islam. Selain itu, mengenai peta persaingan di industri ini.

CEO Alami Dima Djani
CEO Alami Dima Djani (Alami)

Perkembangan bisnis Alami pada tahun lalu dan awal tahun ini?

Pertumbuhannya signifikan. Masuk 2020, kami optimistis. Namun ada Covid-19. Ini sangat menganggu kinerja bisnis. Namun, kami keluar dari pandemi corona itu bisnis lebih kuat dibandingkan sebelumnya.

Kalau banyak bisnis keuangan, goyang imbas pandemi, kami justru lebih solid. Jumlah penyaluran sebelum Covid-19 itu paling besar Rp 15 miliar per bulan. Lalu jatuh menjadi sekitar Rp 8 miliar – Rp 9 miliar saat Covid-19 mencapai puncak pada awal Mei.

Pada Juni, penyaluran kembali ke level Rp 15 miliar per bulan. Setelah itu langsung naik kencang. Pada Desember 2020, Rp 40 miliar.

Pada Kuartal I 2021 justru hampir menyaingi (total) setahun lalu. Tahun lalu sekitar Rp 240 miliar. Pada Januari – Februari sekitar Rp 50 miliar per bulan. Maret Rp 80 miliar. April Rp 90 miliar. Jadi empat bulan pertama sudah melewati angka 2020.

Lalu, karena bulan ini terpotong lebaran, jadi mungkin bertahan di Rp 80 miliar per bulan. Targetnya bulan depan bisa Rp 100 miliar. Jadi setahun ini, semoga bisa tembus Rp 1 triliun.

Dari sisi Non Performing Financing (NPF) atau tingkat pengembalian, sejauh ini masih 100% untuk TKB 90. Kalau telat, paling hanya sekitar seminggu.

Faktor pendorong di kuartal I?

Pangsa pasarnya besar. Tetapi keterbatasan kami yakni sumber daya manusia (SDM) dan teknologi. Ini terus kami improve. Pada kuartal IV 2020, kami menambah orang. Jadi, jumlah tim sudah double.

Dengan penambahan orang yang berkualitas ini, kami bisa mendorong tingkat penyaluran. Teknologi juga bisa lebih bagus.

Alami mengakuisisi bank pada Maret. Berapa nilai akuisisi?

Ketentuan OJK kan mengharapkan untuk masuk dan menambah modal. Itu kami jadikan satu semua, bertahap. Jadi total tambah modal sampai ke BUKU III itu Rp 50 miliar. BPRS beda dengan bank umum yang bisa sampai puluhan miliar atau triliunan.

Dari sisi nama, kami belum disclosed sebelumnya, karena masih pengajuan. Namanya Bank Hijra. Lengkapnya BPRS Hijra Alami. Nama sebelumnya BPRS Cempaka Al Amin.

Kami mengganti nama karena mau menyasar market yang sedang hijrah. Kalau pakai nama yang sebelumnya, mungkin kurang relevan bagi user kami ke depan.

Akan dirilis kuartal III?

Kuartal III atau IV tahun ini

Rencana bisnis lewat Bank Hijra?

Kami akan mulai dengan sinergi. OJK menerbitkan sosialisasi panduan sinergi antara fintech P2P lending dengan BPR. Itu kami sudah jalankan pada awal. Jadi user P2P lending bisa membuka tabungan dengan mudah dan sistemnya ke depan bisa terintegrasi.

Kalau di Indonesia, P2P lending Alami memberikan tingkat imbal hasil paling tinggi untuk yang sifatnya fixed income instrument seperti bank deposito syariah, sukuk negara, dan P2P syariah. P2P lending syariah kami rerata 12%.

Jadi, nanti, nasabah Bank Hijra akan jauh lebih mudah mengakses pembiayaan yang ada di Alami P2P lending. Setidaknya untuk awal, layanannya seperti ini.

Selain itu, fitur banknya sendiri. Bank yang syarat teknologi kan pasti ada hygiene factor seperti kemuahaan membuka rekening dan transfer, terintegrasi di ekosistem tertentu. Lalu, customer services yang mudah, nyaman, cepat, dan akurat. Kami sedang berfokus di sini.

Dengan adanya Bank Hijra, akan berpengaruh terhadap kerja sama Alami dengan bank atau BPRS lain?

Kami open. Misalnya, BPRS bisa mendanai di Alami sebagai lender. Bank Hijra juga nanti seperti ini. Asa kekeluargaan di BPR dan BPRS tinggi.

Segmen yang diincar Bank Hijra dan potensinya?

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...