Disuntik East Ventures, Startup Keuangan Finantier Fokus Ekspansi
Startup keuangan Finantier meraih pendanaan tahap awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures dan Global Founders Capital. Perusahaan rintisan bidang open finance ini pun berfokus ekspansi ke lebih banyak daerah tahun ini.
Finantier tidak memerinci nilai investasi yang diperoleh. Namun, jumlahnya tujuh digit atau 20 kali lebih banyak dibandingkan valuasi pre-seed sebelumnya.
Investor lain yang berpartisipasi dalam putaran pendanaan tahap awal yakni Future Shape, co-inventor dari iPhone, Partech Partners, Saison Capital, dan GMO VenturePartners.
Beberapa investor terdahulu seperti AC Ventures, Y Combinator, Genesia Ventures, Two Culture Capital dan sejumlah penanam modal perorangan (angel investor) turut berpartisipasi.
Co-founder sekaligus COO Finantier Edwin Kusuma mengatakan, tambahan modal itu akan digunakan untuk meningkatkan dan memperbesar penawaran produk. Selain itu, perusahaan bakal ekspansi ke banyak daerah di Tanah Air.
Saat ini, Finantier beroperasi di Singapura dan Indonesia.
Startup keuangan itu berencana menggandakan jumlah karyawan. Sebelumnya, Finantier memperbesar tim lebih dari lima kali menjadi 50 karyawan.
Untuk memperkuat dewan penasihat, Finantier juga merekrut Francesco Simoneschi. Ia sebelumnya menjabat Co-Founder dan CEO Truelayer.
Finantier menawarkan layanan berbasis antarmuka pemrograman aplikasi atau application programming interface (API) dan infrastruktur pendukung pengembangan produk fintech. Layanannya diklaim mempercepat time-to-market dan memangkas biaya pengembangan solusi yang didesain khusus (tailored).
"Finantier memudahkan akses ke layanan keuangan bagi jutaan orang yang tidak memiliki rekening bank, mulai dari warung hingga pekerja gig economy,” kata Edwin dalam siaran pers, Rabu (16/5).
Startup itu telah bekerja sama dengan lebih dari 150 perusahaan. Finantier juga meningkatkan jumlah klien dan kerja sama lebih dari 50% per bulan tahun ini.
(BACA JUGA: Tren Pekerja 'Gig Workers' Berpotensi Menambah Pengangguran)
Finantier didirikan oleh Edwin, Diego Rojas, dan Keng Low pada pertengahan tahun lalu. Rojas merupakan mantan CTO beberapa startup di Singapura dan negara lain. Ia juga berpengalaman sebagai software engineer selama puluhan tahun untuk korporasi di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Asia Tenggara.
Low juga software engineer, yang pernah bekerja di Silicon Valley. Sebelum bergabung dengan Finantier, ia merupakan Entrepreneur in Residence di East Ventures.
Sedangkan Edwin sempat bekerja di Google dan menduduki posisi chief-level di beberapa perusahaan fintech Indonesia.
Rojas mengatakan, layanan open finance dari Finantier membuat akses keuangan bisa dijangkau oleh lebih banyak orang. "Ini memfasilitasi pertukaran terbuka data konsumen sehingga perusahaan dapat memanfaatkannya untuk menjangkau lebih banyak pelanggan sekaligus menciptakan layanan yang lebih dipersonalisasi," kata dia.
Berdasarkan riset Bain, lebih dari 70% orang dewasa di Asia Tenggara tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan. Ada jutaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga yang menghadapi disparitas finansial yang lebar.
Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index 2020 pun menunjukkan, kesenjangan terbesar dalam perkembangan ekonomi digital Indonesia yakni kategori inklusi keuangan. Ada jurang perbedaan yang lebar antara penduduk di Jawa dan pulau lainnya terkait akses ke layanan keuangan, nilai pinjaman melalui fintech, dan transaksi pembayaran digital.
"Dengan akses yang lebih baik ke layanan keuangan, mereka bisa hidup dengan lebih baik dan dapat ikut meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia,” kata Co-founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.
(Disclaimer: East Ventures merupakan salah satu investor Katadata)