Ambisi Facebook Jadi Perusahaan Metaverse: Bekerja – Main Gim Pakai VR
CEO Facebook Mark Zuckerberg ingin mengubah jaringan media sosialnya menjadi ‘perusahaan metaverse’ dalam lima tahun ke depan. Ini memungkinkan setiap orang bekerja hingga bermain gim menggunakan perangkat virtual reality (VR).
Mark menggambarkan ‘perusahaan metaverse’ sebagai internet yang memungkinkan setiap orang seolah-olah hidup di dalamnya. “Alih-alih hanya melihat konten,” kata dia dikutip dari BBC, akhir pekan lalu (24/7).
Kepada The Verge, Mark menyampaikan bahwa orang-orang tidak seharusnya hidup melalui ponsel pintar (smartphone). “Itu bukan bagaimana orang dibuat untuk berinteraksi,” katanya.
Salah satu aplikasi metaverse yang akan dikembangkan oleh Facebook yakni konser 3D atau tiga dimensi. “Anda merasa hadir dengan orang lain, seolah-olah berada di tempat lain. Memiliki pengalaman berbeda yang tidak dapat dilakukan di aplikasi atau halaman web 2D, seperti menari atau berbagai jenis olahraga,” ujarnya.
Facebook juga sedang mengerjakan platform ‘kantor tanpa batas’ melalui VR. “Alih-alih panggilan telepon, Anda akan dapat duduk sebagai hologram di sofa saya, atau sebaliknya,” kata Mark.
Induk Instagram itu banyak berinvestasi di bidang VR. Salah satunya, menghabiskan US$ 2 miliar untuk mengakuisisi Oculus, yang mengembangkan produk VR.
Perusahaan kemudian meluncurkan Facebook Horizon pada 2019. Ini merupakan lingkungan imersif khusus undangan di mana pengguna dapat berbaur dan mengobrol di ruang virtual dengan avatar kartun melalui headset Oculus.
Zuckerberg mengakui bahwa headset VR masih sulit diadopsi dan perlu ditingkatkan agar orang dapat bekerja di dalamnya sepanjang hari.
Ia pun menyampaikan, metaverse Facebook akan dapat diakses di banyak platform termasuk VR, augmented reality (AR), laptop, perangkat seluler, dan konsol gim.
Pakar VR di Universitas dari Inggris Barat Verity McIntosh menyampaikan, perincian data dari penggunaan VR dan AR lebih tinggi dibanding media berbasis layar. "Sekarang ini bukan hanya tentang mengeklik dan apa yang saya pilih untuk dibagikan,” katanya kepada BBC.
Ia memperkirakan, orang-orang ingin dapat memilih tujuan untuk pergi dan bereaksi terhadap rangsangan tertentu. “Ini adalah rute langsung ke alam bawah sadar dan itu merupakan emas bagi seorang kapitalis data,” ujar dia.
Meski begitu, ia ragu Facebook tertarik mengubah model bisnis yang memprioritaskan privasi menjadi 'metaverse' yang mengelola banyak data sensitif. Selain itu, regulator akan mengantisipasi hal ini.
Di satu sisi, konsep metaverse populer di kalangan perusahaan teknologi yang percaya bahwa itu bisa menjadi internet 3D generasi baru. Ini berasal dari novel fiksi ilmiah Neal Stephenson pada 1992, Snow Crash.
Beberapa perusahaan teknologi juga sudah mencoba untuk menerapkan elemen metaverse dalam gim populer termasuk Animal Crossing, Fortnite, dan Roblox.