Riset: UMKM di Luar Jawa Lebih Sering Menggunakan OVO - GoPay

Fahmi Ahmad Burhan
12 Agustus 2021, 13:28
umkm, ovo, gopay
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di Mataram, NTB, Selasa (12/1/2021).

Sebanyak 74% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di luar Pulau Jawa menggunakan uang elektronik seperti OVO dan GoPay, berdasarkan riset Center of Reform on Economics (CORE). Jumlahnya lebih besar sedikit dibandingkan di Jawa, sebanyak 72%.

“Itu artinya di luar Pulau Jawa, UMKM mengalami transformasi digital, walaupun belum merata seperti di Jawa," kata Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah dalam konferensi pers virtual, Kamis (12/8).

Data itu tertuang dalam riset bertajuk ‘Dampak Sosial dan Ekonomi OVO terhadap UMKM’. Ini berdasarkan survei terhadap 2.001 UMKM pada delapan provinsi dan 12 kota.

Sebanyak 1.000 responden disurvei langsung, sementara sisanya secara online.

Rincian terkait penggunaan uang elektronik oleh UMKM di Jawa dan daerah lainnya dapat dilihat pada Infografik di bawah ini:

Penggunaan uang elektronik oleh UMKM di Jawa dan luar Jawa
Penggunaan uang elektronik oleh UMKM di Jawa dan luar Jawa (OVO dan CORE Indonesia)

Riset tersebut juga menunjukkan, prospek pasar layanan keuangan digital di luar Pulau Jawa tinggi. "Dalam kondisi saat ini dan ketika infrastruktur elektronik terbatas, sudah mengalami percepatan. Apalagi jika ketersediaan infrastruktur sudah merata, transaksi uang elektronik lebih pesat lagi," ujar Piter.

President Director OVO Karaniya Dharmasaputra menambahkan, perusahaan pun menyasar UMKM di luar Pulau Jawa. Saat ini, fintech bernuansa ungu itu memiliki lebih dari satu juta mitra penjual (merchant) dan tersedia di lebih dari 426 kota serta kabupaten.

"Berbagai solusi yang kami sediakan bisa membantu UMKM di berbagai wilayah. Ini agar dapat meningkatkan inklusi keuangan dan membantu mereka terkoneksi ke pasar," ujarnya.

Riset CORE Indonesia menunjukkan, OVO mendorong peningkatan literasi keuangan hingga ke daerah. Sebanyak, 73% UMKM di luar Pulau Jawa kini mulai mengenal produk perbankan setelah bergabung dengan OVO.

Kemudian, 30% UMKM di luar Jawa mulai aktif memanfaatkan jasa tabungan perbankan. Lalu, 5% UMKM di luar Pulau Jawa kini mulai menggunakan jasa transfer dana.

Riset CORE menunjukkan, OVO meningkast literasi keuangan pelaku UMKM
Riset CORE menunjukkan, OVO meningkast literasi keuangan pelaku UMKM (OVO)

Selain OVO, beberapa perusahaan fintech pembayaran seperti DANA dan GoPay menyasar pasar luar Jawa. CEO DANA Vincent Iswara pernah menyampaikan, perusahaan memperbesar kerja sama dengan pemerintah daerah dan provinsi.

Lalu, secara rutin, menggelar webinar terkait manfaat dompet digital sekitar tiga kali dalam sebulan di daerah potensial. Selain itu, dijalankan pemasaran digital.

DANA juga bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di beberapa daerah di Jawa. "Dengan cara-cara ini, kami mendorong pengguna untuk go-digital,” kata Vincent dalam webinar bertajuk 'Strategi Platform Digital Membangkitkan Bangga Buatan Indonesia', akhir tahun lalu (27/10/2020).

Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata juga mengatakan, sejak awal perusahaan berfokus membuka akses layanan keuangan untuk seluruh lapisan masyarakat. GoPay pun terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak agar layanannya dapat digunakan oleh seluruh warga Indonesia.

GoPay menggandeng anak usaha Gojek lainnya, yakni Mapan yang menawarkan layanan menabung dengan konsep arisan. “Anggotanya mayoritas tinggal di perdesaan dan sekitarnya,” kata Budi kepada Katadata.co.id, akhir tahun lalu (27/10/2020).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...