E-Commerce di Asia Tenggara Jalani 3 Tren Baru saat Pandemi
Google mengatakan, ada tiga tren baru e-commerce di Asia Tenggara selama pandemi corona. Data ini dinilai bisa menjadi peluang baru bagi penyedia platform seperti Lazada, Shopee, Tokopedia hingga Bukalapak.
Pertama, industri ritel masif beralih ke digital. “Mereka bermitra dengan e-commerce karena melihat peluang dan ingin melibatkan diri dalam hubungan konsumen jangka panjang,” kata Industry Head E-commerce Google Jerome Hamlin LazMall Brands Future Forum 2021 pada Rabu (1/9).
Kedua, jumlah penjual (seller) meningkat. Berdasarkan riset Google, jumlahnya meningkat tiga kali lipat di Asia Tenggara selama pandemi corona.
Ada banyak merek atau brand yang masuk ke e-commerce. Namun mereka menyeleksi produk yang akan dijual online. "Ini supaya penjualan lebih besar," ujarnya.
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mencatat, 15,3 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia merambah ekosistem digital. Sebanyak 7,3 juta di antaranya masuk saat pandemi Covid-19.
Ketiga, menggunakan platform video seperti fitur siaran langsung (livestreaming) untuk berbelanja. Sebab, menurutnya, konsumen sekarang lebih banyak mengeluarkan waktu untuk menonton video.
Selain itu, konsumen tetap menginginkan pengalaman berbelanja online yang sama seperti offline. Teknologi video dinilai dapat memenuhi harapan ini.
Laporan Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2020 menunjukkan, transaksi bruto alias gross merchandise value (GMV) e-commerce di Asia Tenggara melonjak 63% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 62 miliar tahun lalu. Angkanya diprediksi naik 23% menjadi US$ 172 miliar pada 2025.
“Lebih dari sepertiga transaksi di e-commerce berasal dari konsumen baru. Delapan dari 10 dari mereka berniat untuk terus berbelanja online (pasca-pandemi corona),” demikian dikutip dari laporan tersebut, tahun lalu (10/11/2020).
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara mencapai US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun lalu. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.
Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 11% yoy, sementara Vietnam 16%. “Pertumbuhannya masih double digits,” demikian dikutip dari laporan tersebut.
Pertumbuhan di Malaysia, Filipina, dan Thailand sekitar 6-7%. Sedangkan Singapura turun 24% menjadi US$ 9 miliar.