Jawaban Petinggi Facebook soal Algoritme Penyebab Kerusuhan di AS
Wakil Presiden Urusan Global Facebook Nick Clegg tidak membenarkan ataupun membantah ketika ditanya oleh pembawa acara CNN Dana Bash soal apakah algoritme perusahaan menyebabkan kerusuhan di gedung Capitol Amerika Serikat (AS) pada awal tahun (6/1).
Sedangkan Frances Haugen akan bertemu regulator soal kerusuhan yang menewaskan empat orang. Haugen merupakan mantan manajer produk Facebook yang bersaksi di depan Kongres Amerika Serikat (AS) tentang perusahaan yang membiarkan ujaran kebencian.
Ia juga melaporkan penelitian internal yang menunjukkan Instagram dapat memiliki efek negatif bagi kesehatan mental anak muda.
Dalam acara State of the Union CNN, Clegg mengatakan dia tidak bisa memberikan jawaban ya atau tidak untuk pertanyaan apakah algoritme perusahaan menyebabkan kerusuhan di gedung Capitol pada awal Januari.
Namun ia mengatakan bahwa algoritme Facebook harus dimintai pertanggungjawaban. “Jika perlu, oleh peraturan. Maka orang dapat mencocokkan, apa yang sistem kami katakan seharusnya mereka lakukan dari apa yang sebenarnya terjadi,” kata Clegg dikutip dari The Verge, Minggu (10/10).
Sedangkan Facebook dikritik keras selama beberapa minggu terakhir, menyusul laporan dari Wall Street Journal berdasarkan dokumen internal yang diberikan oleh Haugen. Laporan ini menunjukkan bahwa Instagram dapat memiliki efek negatif bagi kesehatan mental anak muda.
Haugen bersaksi di depan Kongres pada pekan lalu (5/10) mengenai laporan tersebut. Ia juga mengungkapkan bahwa raksasa teknologi itu memanfaatkan algoritme untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai oleh pengguna.
Ia mengklaim, algoritme yang diluncurkan pada 2018 itu mengatur konten yang dilihat oleh pengguna pada platform yang dikelola Facebook. Algoritme akan mendesain sedemikian rupa guna mendorong keterlibatan orang di platform tersebut.
Berdasarkan analisis perusahaan, keterlibatan yang paling banyak terjadi adalah menanamkan rasa takut dan benci pada pengguna. Menurut Haugen, seiring waktu, algoritme yang berjalan di Facebook juga mengarah pada konten kemarahan dan kebencian. Konten-konten yang banyak dibagikan oleh pengguna antara lain informasi yang salah, toksisitas, dan konten kekerasan.
Di depan publik, Facebook acap kali mengatakan akan menginvestasikan dana untuk menjaga konten dari ujaran kebencian. Namun, Haugen tidak meyakini pernyataan itu. "Facebook lebih memilih untuk mengoptimalkan kepentingan sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang," katanya, pekan lalu (4/10).
Haugen juga yakin bahwa CEO Facebook Mark Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform. "Ia (Zuckerberg) tidak pernah membuat platform kebencian, tetapi dia telah membiarkan pilihan itu dibuat," katanya.
Menurutnya, Facebook dan Zuckerberg membiarkan konten ujaran kebencian berseliweran di platform karena perusahaan akan mendapatkan untung. "Konten yang penuh kebencian dan polarisasi akan mendapatkan lebih banyak distribusi dan lebih banyak jangkauan," katanya.
Facebook menyangkal tuduhan Haugen. Juru bicara Facebook Lena Pietsch menyebut banyaknya klaim menyesatkan dan berpendapat bahwa Facebook lebih banyak memberi manfaat daripada merugikan.
"Setiap hari tim kami harus melindungi miliaran orang untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka," kata Lena dikutip dari CNN Internasional.
Mark Zuckerberg juga membantah pernyataan Haugen. Ia mengatakan tidak masuk akal bagi perusahaan yang mengandalkan iklan untuk mendorong konten yang membuat orang marah untuk menghasilkan keuntungan.