Kemenkes Digitalisasi Layanan Kesehatan hingga 2024 Lewat 3 Cara
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat target prioritas digitalisasi sektor kesehatan hingga 2024. Kementerian pun menerapkan tiga cara.
Chief Digital Transformation Office Kemenkes Setiaji mengatakan, upaya digitalisasi di bidang kesehatan mulai gencar dilakukan sejak pandemi Covid-19 tahun lalu. "Pandemi mendorong inovasi di berbagai bidang, termasuk kesehatan," katanya saat konferensi pers virtual, Jumat (22/10).
Untuk mempercepat transformasi digital di layanan kesehatan Tanah Air, Kemenkes menerapkan tiga cara yakni:
1. Memperluas layanan telemedicine
Kemenkes menggandeng 11 aplikasi telemedicine, seperti Halodoc, Good Doctor, dan Alodokter sejak Juli. Ini bertujuan menyediakan layanan konsultasi dan obat gratis bagi pasien positif Covid-19 yang isolasi mandiri.
Meski pandemi usai, Kemenkes berencana tetap menggunakan layanan telemedicine. "Telemedicine akan semakin luas melayani berbagai macam penyakit misalnya, malaria," kata Setiaji.
Ia mengatakan, layanan telemedicine bisa menunjang beban sumber daya kesehatan yang terbatas.
2. Aplikasi rekam medis
Ini bertujuan menunjang banyaknya data yang terkumpul di sektor kesehatan.
3. Membuat regulatory sandbox
Menurut Setiaji, kementerian perlu memfasilitasi lisensi semua inovasi kesehatan yang berkembang di Indonesia. "Kami akan review. Nanti ada lisensi. Ini agar pasien dan dokter tenang memanfaatkan teknologi tertentu," kata Setiaji.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan bahwa layanan kesehatan akan gencar menggunakan teknologi pasca-pandemi corona. Teknologi yang diprediksi tren yakni kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT) hingga big data.
"Saya pelajari, sektor kesehatan ke depan akan dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi mahadata (big data), IoT hingga AI,” kata Budi dalam acara FB@UNGA’s bertajuk ‘The Role of Tech in the Global Recovery’, Selasa (21/9).
Teknologi big data mampu mengumpulkan dan menganalisis data di sektor kesehatan, seperti catatan pasien. Selain itu, dapat mengelola kinerja fasilitas kesehatan.
Lalu AI bisa diterapkan untuk diagnosis, pengembangan protokol kesehatan hingga pengobatan yang dipersonalisasi.