Transaksi Meroket saat Pandemi, Halodoc Masif Kembangkan Teknologi AI
Halodoc mencatatkan peningkatan pengguna dua kali lipat selama pandemi Covid-19. Startup kesehatan ini mulai gencar mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan mesin pembelajar alias machine learning di tengah penurunan kasus corona di Indonesia.
Co-Founder sekaligus CBO Halodoc Doddy Lukito mengatakan, transaksi layanan konsultasi online (telemedicine) meningkat 10 kali lipat. Jumlah pembaca di laman informasi atau artikel kesehatan naik dua kali lipat.
Transaksi Halodoc di toko kesehatan juga melonjak lima kali lipat. Lalu, layanan buat janji dengan dokter meningkat tiga kali lipat. Sedangkan tes Covid-19 telah digunakan oleh lebih dari 600 ribu pengguna.
Saat ini, Halodoc menggaet 18 juta pengguna dan 20 ribu lebih dokter. Selain itu, terdapat lebih dari 4.000 penyedia layanan mulai dari rumah sakit hingga apotek di platform.
"Penyakit yang paling banyak dikonsultasikan konsumen selama ini yaitu terkait corona. Kemudian, ada layanan konsultasi spesialis, poli, kelamin, penyakit dalam hingga kandungan," kata Doddy saat konferensi pers virtual, Jumat (22/10).
Ia juga mencatat, layanan konsultasi dokter hewan dan kesehatan jiwa mulai diminati.
Seiring dengan lonjakan penggunaan selama pandemi Covid-19, perusahaan gencar berinovasi. "Misalnya, kami melakukan berbagai persiapan untuk implementasi AI dan machine learning," kata Doddy.
Halodoc memanfaatkan AI untuk menyempurnakan cara dokter dalam menerima masukan. Ketika mitra dokter membuka platform, dokter akan mendapatkan informasi kinerja yang didasarkan pada waktu respons dan metrik indeks kualitas. Informasi ini telah dianalisis oleh AI.
Doddy mengatakan, Halodoc akan memperluas penerapan AI bagi sektor kesehatan.
Di Cina, Huawei juga memanfaatkan AI untuk mengembangkan rumah sakit pintar. Rumah sakit tersebut mempunyai robot berbasis AI yang terhubung ke jaringan untuk mendisinfeksi fasilitas dan mengirimkan obat-obatan.
Rumah sakit pintar itu juga memungkinkan adanya sensor dan perangkat di seluruh bangsal yang bisa digunakan untuk mengirim peringatan ke jam tangan pintar perawat. Melalui jam itu, perawat bisa memperoleh informasi seperti ketika pasien jatuh atau cairan infus pasien mengalami gangguan.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memperkirakan, layanan kesehatan akan gencar menggunakan teknologi pasca-pandemi corona seperti AI, Internet of Things (IoT) dan big data.
"Saya pelajari, sektor kesehatan ke depan akan dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi mahadata (big data), IoT hingga AI,” kata Budi dalam acara FB@UNGA’s bertajuk ‘The Role of Tech in the Global Recovery’, Selasa (21/9).
Menurut Budi, AI bisa diterapkan untuk diagnosis, pengembangan protokol kesehatan hingga pengobatan yang dipersonalisasi.