OJK Terbitkan Aturan Baru, 8 Startup Segera IPO di Indonesia?

Fahmi Ahmad Burhan
8 Desember 2021, 15:44
startup, ipo, mvs, ojk, aturan startup ipo, startupo, ipo startup
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya menerbitkan peraturan klasifikasi saham dengan hak suara multipel atau multiple voting share (MVS) bagi emiten berbasis teknologi. Sedangkan saat ini, ada sekitar delapan startup yang bersiap mencatatkan saham perdana alias IPO.

Sekjen Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menilai, regulasi tersebut akan ditanggapi positif oleh para pendiri startup. "Semestinya bakal bertambah jumlah startup yang mempertimbangkan IPO dan ini dilakukan di dalam negeri," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (8/12).

Advertisement

Studi dalam bentuk whitepaper berjudul The Billion Dollar Moment: A Paradigm Shift for Indonesian IPO's yang dirilis oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI), Mandiri Sekuritas (Mansek), dan Mandiri Institute mengungkapkan bahwa peraturan baru dari OJK itu akan membuat bursa lokal lebih ramah bagi perusahaan teknologi seperti startup.

Aturan MVS memungkinkan startup terdaftar di BEI menerbitkan beberapa saham dengan hak suara yang memungkinkan pendiri mempertahankan hak suara mayoritas. "Bahkan, ini bisa terjadi jika pendiri memiliki sedikit saham daripada publik," demikian dikutip dari studi tersebut.

Co-Founder sekaliguss Managing Partner Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani sepakat bahwa aturan MVS akan menarik animo unicorn IPO di bursa dalam negeri. "Saya setuju dan memang diperlukan aturan tersebut," katanya kepada Katadata.co.id, medio bulan lalu (17/11).

Sebab, arah dan keputusan perusahaan teknologi yang masih bergantung dengan visi, misi, serta leadership founder dan co-founder, menjadi penting untuk tetap dipegang oleh para pendiri.

Ketentuan dalam aturan baru itu juga dinilai berpotensi menarik lebih banyak perusahaan teknologi untuk mencatatkan saham di bursa. Dengan valuasi yang jumbo, IPO unicorn dan decacorn bakal meningkatkan nilai kapitalisasi pasar BEI.

Analis Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada juga menilai, aturan MVS dapat menambah jumlah emiten sehingga mendongkrak kapitalisasi pasar. Terlebih lagi, Bursa mengklasifikasikan saham-saham teknologi dalam indeks sektoral yang mandiri.

Meski begitu, ia menilai otoritas perlu memikirkan peraturan soal kepemilikan modal. Sebab, startup merupakan perusahaan yang sarat dengan modal.

"Itu yang harus diatur, siapa-siapa saja pihak yang diperbolehkan untuk memiliki perusahaan terbuka startup," ujar Reza.

Delapan Startup Indonesia Bersiap IPO

Di Indonesia, ada satu unicorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar yang sudah IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni Bukalapak pada Agustus (6/8). Ada delapan perusahaan rintisan lain yang berencana IPO, yakni:

1. Gabungan Gojek dan Tokopedia, GoTo

GoTo bersiap IPO di dua bursa yakni AS dan BEI. Sebelumnya, CEO GoTo Andre Soelistyo menargetkan pencatatan saham perdana di BEI bisa berlangsung sebelum akhir 2021.

Grup usaha hasil peleburan perusahaan teknologi Gojek dan e-commerce Tokopedia itu kemudian berencana mendaftarkan sahamnya di bursa AS dengan valuasi potensial sekitar US$ 40 miliar.

Namun, berdasarkan tiga sumber dikutip dari Reuters, penundaan rencana IPO itu terjadi seiring revisi aturan OJK terkait pencatatan saham. Aturan ini akhirnya terbit pada Selasa (7/12).

2. Kredivo

Kredivo  mempertimbangkan rencana IPO di dua bursa. Tahap awal, perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) ini akan menjadi perusahaan publik di bursa Amerika Serikat (AS), Nasdaq awal tahun depan.

“Mempertimbangkan kebutuhan capital (modal), kami memilih bursa efek yang deep di Nasdaq. Kami juga pertimbangkan listing di Indonesia dan itu tidak menutup kemungkinan,” kata Co-Founder dan CEO FinAccel Akshay Garg dalam konferensi pers virtual, pada Agustus (3/8).

3. Tiket.com

Startup penyedia layanan perjalanan berbasis digital (OTA) Tiket.com dikabarkan berencana IPO tahun depan. CEO Tiket.com George Hendrata mengatakan bahwa perusahaan berkaca pada banyaknya startup pariwisata yang mendapatkan keuntungan usai IPO.

"Maka kami akan mengikuti jalur yang sama," kata Hendrata dalam wawancara khusus dengan reporter Kr-Asia Simone Martin, pada Oktober (29/10).

George juga menyampaikan, perusahaan akan sibuk pada 2022. “Tahun depan akan terjadi perkembangan yang sangat positif yang memungkinkan kami untuk tumbuh lebih cepat," katanya.

Dikutip dari Bloomberg, Tiket.com saat ini dalam pembicaraan untuk merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) yakni COVA Acquisition Corp. SPAC disebut juga perusahaan cek kosong, karena tidak memiliki operasi apa pun namun menjadi sarana investasi untuk mengumpulkan dana para orang kaya.

Entitas gabungan antara Tiket.com dan Cova Acquisition berpotensi menghasilkan valuasi US$ 2 miliar. Sumber Bloomberg juga mengatakan, Tiket.com mendapatkan bantuan dari perusahaan investasi global Goldman Sachs Group yang bertindak sebagai penasihat dalam aksi korporasi tersebut.

4. Traveloka

Traveloka juga awalnya berencana IPO lewat SPAC. Unicorn ini dikabarkan akan merger dengan perusahaan SPAC asal Hong Kong, Bridgetown Holdings Ltd. Apabila merger terwujud, entitas gabungan keduanya diprediksi US$ 5 miliar atau Rp 73 triliun.

Namun, sumber Bloomberg melaporkan, direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan IPO melalui SPAC. Alasannya, karena antusiasme di pasar SPAC berkurang.

Sumber lainnya mengatakan, Traveloka dapat meninjau kembali pembicaraan dengan Bridgetown maupun perusahaan ‘cek kosong’ lain jika pasar pulih. Sedangkan unicorn Indonesia ini sudah melakukan pembicaraan dengan Bridgetown sejak sekitar April.

Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menilai, keputusan yang dibuat oleh Traveloka merupakan yang paling tepat saat ini. “Tren SPAC di AS agak menurun,” kata dia saat wawancara dengan beberapa media, pada Oktober (14/10).

5. TaniHub Group

Startup bidang pertanian, TaniHub Group juga mengkaji IPO. Namun CEO TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan, butuh waktu untuk bisa melantai di bursa saham. “Kami menyiapkan. Namun, belum tahu pastinya kapan.

Yang pasti, dalam tiga tahun ke depan, menurut saya cukup oke,” kata dia dalam acara virtual executive interview, pada Mei (31/5).

6. Warung Pintar

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement