Pelanggan Naik 2 Kali, Alibaba Cloud Bidik Startup dan UMKM Indonesia

Fahmi Ahmad Burhan
13 Januari 2022, 16:29
alibaba, cloud, teknologi, startup, umkm
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Logo Alibaba Group terlihat di kantor pusat perusahaan tersebut di Hangzhou, provinsi Zhejiang, Cina, Senin (18/11/2019).

Penyedia layanan komputasi awan (cloud), Alibaba Cloud mencatatkan peningkatan pengguna dua kali lipat di Indonesia. Perusahaan asal Cina ini pun membidik startup serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanah Air.

General Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen mengatakan, permintaan layanan melonjak tahun lalu. Ini karena pandemi Covid-19 mendorong korporasi di banyak sektor untuk mendigitalisasi bisnis dan menggunakan teknologi cloud dalam mengelola data.

Sejumlah sektor banyak yang gencar menggunakan cloud seperti sektor keuangan, ritel hingga UMKM.

Alhasil, Alibaba mencatatkan pertumbuhan jumlah pelanggan dua kali lipat. Anak usaha raksasa e-commerce Cina ini juga menggaet 100 mitra lokal.

"Permintaan akan semakin banyak lagi pada 2022. Target kami yaitu bisa menggandakan lagi jumlah pelanggan," ujar Leon dalam konferensi pers virtual, Kamis (13/1).

Sejalan dengan tingginya permintaan layanan, Alibaba Cloud pun menggelar pelatihan kepada 50 ribu talenta digital lokal tahun lalu. Perusahaan berencana mengadakan acara serupa dengan target yang sama pada 2022.

Alibaba berkerja sama dengan 11 universitas di Indonesia untuk memberikan pelatihan. Materi yang disampaikan terkait cloud, analisis data hingga mesin pembelajar (machine learning). 

Perusahaan teknologi itu juga bakal menggelar program berskala besar seperti StartupFest. Dalam program ini, startup akan melakukan pitching untuk mendapatkan cloud resource gratis senilai US$ 60 ribu.

Alibaba Cloud juga akan memperluas kerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi dan jaringan. Caranya, memasukkan 200 mitra dari berbagai sektor, mulai dari ritel, keuangan, logistik hingga industri game sampai akhir 2022.

Perusahaan berencana mengkaji penambahan pusat data di Indonesia. "Kami akan evaluasi dan meneliti pasar ini. Kemudian, kami berinvestasi sesuai permintaan yang dibutuhkan," kata Leon. 

Saat ini Alibaba memiliki tiga pusat data di Indonesia. Selain itu, berencana membangun pusat scrubbing data yang diklaim menjadi yang pertama di Nusantara.

Pusat scrubbing data merupakan fasilitas untuk membersihkan data secara terpusat dan menjadi tempat lalu lintas, menganalisis, mendeteksi, apabila ada lalu lintas data yang berbahaya.

Leon mengatakan, upaya Alibaba itu dilakukan karena pasar cloud Indonesia potensial. "Indonesia menjadi salah satu pasar yang penting bagi Alibaba cloud," katanya.

Tahun lalu, Alibaba pun mengungkapkan komitmen untuk menginvestasikan US$ 28 miliar atau sekitar Rp 435 triliun pada pengembangan layanan cloud dalam tiga tahun.

Riset pada 2020 dari Alibaba Cloud menunjukkan bahwa 77% bisnis di Indonesia menggunakan solusi informasi teknologi berbasis cloud. Sebanyak 83% juga percaya bahwa perangkat ini membantu mereka memenuhi kebutuhan bisnis selama pagebluk virus corona.

Survei itu melibatkan 1.000 peserta di Hong Kong, Malaysia, Singapura, India, Indonesia, dan Filipina. Kuesioner disebar pada November 2020.

Sebanyak 64% memilih pendekatan hybrid cloud, yakni layanan yang mendistribusikan komputasi awan untuk umum (public) dan terbatas (private).

Namun, Alibaba harus bersaing dengan raksasa teknologi lainnya. Google misalnya, telah meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta pada 2020.

Google juga menilai bahwa pasar Indonesia potensial dan dinamis. "Indonesia merupakan salah satu negara paling kreatif, dinamis, dan berjiwa entrepreneur di Asia Tenggara," kata CEO Google Sundar Pichai pada 2020.

Lalu, anak usaha Amazon, yakni Amazon Web Service (AWS) juga berencana membangun tiga pusat data di Indonesia pada 2022. Raksasa teknologi Tiongkok lainnya Tencent juga meluncurkan pusat data atau Internet Data Center (IDC) Tencent Cloud pertama di Indonesia tahun lalu.

Perusahaan teknologi lainnya Microsoft Corporation pun berencana menanamkan modal sebesar US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 13,6 triliun untuk membangun pusat data di Indonesia. Pusat data ini digunakan untuk menunjang program big data Microsoft yang ada di Tanah Air.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...