Elon Musk Pilih Neuralink Ketimbang Metaverse, tapi Korbankan 8 Monyet
CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk lebih memilih Neuralink, meski metaverse tengah menjadi tren. Komite Dokter untuk Pengobatan yang Bertanggung Jawab atau Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM) mengklaim, perusahaan Neuralink menyebabkan 15 monyet mati.
Namun, “Neuralink mengatakan hanya delapan yang mati saat uji coba menanamkan cip (chip) ke otak,” demikian dikutip dari The Independent, Senin malam (14/2).
Elon Musk mendirikan perusahaan bernama Neuralink bersama delapan orang lainnya pada 2016. Ini merupakan korporasi neuroteknologi yang bertujuan menyebarkan implan otak manusia.
Cip yang ditanamkan di otak dinilai bisa memulihkan dan meningkatkan kemampuan fisik.
Pria dengan kekayaan ditaksir US$ 311 miliar atau sekitar Rp 4.488 triliun itu pernah mendemonstrasikan cip brain-computer interface yang ditanamkan langsung ke otak babi pada 2020.
Cip itu diharapkan dapat menciptakan simbiosis antara manusia dengan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Tujuan awalnya, mengobati gangguan dan penyakit otak pada manusia.
Jika tujuan itu berhasil, Neuralink berencana menggunakan cip tertanam di otak untuk mengendalikan ponsel hingga memanggil mobil Tesla lewat telepati.
Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Elon Musk mengumumkan bahwa Neuralink menargetkan untuk mulai menanamkan microchip pada manusia awal tahun ini. Ia mengklaim, cip itu bekerja dengan baik pada monyet.
Musk menyampaikan, Neuralink sedang melakukan pengujian ekstensif untuk mengonfirmasi bahwa itu "sangat aman dan andal", dan perangkat dapat dilepas dengan aman.
First @Neuralink product will enable someone with paralysis to use a smartphone with their mind faster than someone using thumbs— Elon Musk (@elonmusk) April 9, 2021
Namun PCRM melaporkan, Neuralink menyebabkan 15 monyet yang diuji coba mati selama 2017 – 2020. Ada 17 monyet yang terlibat dalam uji klinis di University of California Davis, sebanyak 15 di antaranya dilaporkan mati.
Informasi itu dituangkan dalam dokumen berisi lebih dari 700 halaman.
Dalam surat aduan ke Departemen Pertanian UC, PCRM menuduh Neuralink melakukan pelanggaran serius terhadap Undang-Undang Kesejahteraan Hewan. Satu monyet ditemukan dengan jari tangan dan kaki yang dimutilasi.
“Mungkin karena mutilasi diri atau trauma lain yang tidak ditentukan,” demikian isi surat tersebut, dikutip dari Dazed.
Monyet lainnya mengalami infeksi kulit parah. “Banyak, jika tidak semua, monyet mengalami penderitaan ekstrim sebagai akibat dari perawatan hewan yang tidak memadai dan implan kepala eksperimental yang sangat invasif selama percobaan,” kata PCRM.
Dalam unggahan di blog, Neuralink mengakui ada delapan monyet yang mati. “Satu karena komplikasi bedah yang melibatkan penggunaan produk yang disetujui FDA (BioGlue),” kata perusahaan.
Monyet lainnya mati karena kegagalan perangkat. Lalu empat mati karena diduga mengalami infeksi terkait perangkat.
Neuralink menyatakan bakal memperlakukan monyet yang diuji coba lebih manusiawi dan etis. “Kami akan selalu mendorong diri kami untuk berbuat lebih banyak untuk hewan yang berkontribusi banyak bagi kemanusiaan,” ujar perusahaan.
Mereka juga mengklaim bahwa hewan dapat menggunakan hak pilihan untuk mengambil bagian dalam uji medis. “Beberapa orang ingin berkontribusi pada penelitian medis karena berbagai alasan. Beberapa tidak. Mengapa hal ini tidak berlaku untuk hewan?”
Beda Neuralink dan Metaverse
Cip yang ditanamkan ke otak diklaim akan memudahkan setiap orang beraktivitas. Teknologi ini diharapkan mampu membuat seseorang mengendalikan ponsel hingga memanggil mobil Tesla lewat telepati.
Sedangkan metaverse membutuhkan perangkat seperti headset virtual reality (VR) atau kacamata pintar untuk beralih ke dunia virtual.
"Saya tidak melihat seseorang memasang layar ke wajah mereka sepanjang hari," kata Musk dalam wawancara dengan The Babylon Bee ketika ditanya tentang pemikirannya soal ekosistem metaverse, dikutip dari Cointelegraph, akhir tahun lalu (22/12/2021).
“Saya tidak tahu apakah saya harus membeli barang metaverse ini, meskipun orang banyak berbicara tentang hal itu,” kata dia.
Musk mengatakan bahwa dia tidak melihat masa depan dengan banyak orang meninggalkan dunia fisik untuk hidup secara virtual. Ia bercerita, penggunaan headset VR justru cenderung memicu pusing saat bermain video gim.
Orang terkaya di dunia per Desember 2021 versi Forbes itu menyampaikan, orang tidak akan suka bergerak dengan headset VR sepanjang waktu. Dia juga ingat pernah diperingatkan untuk tidak duduk terlalu dekat dengan televisi.
“Itu akan merusak penglihatanmu, bukan? Dan sekarang kita punya TV secara harfiah di sini (di wajah). Aku seperti apa? Apakah itu baik untukmu?” ujar Elon.