Tokopedia hingga Shopee Rambah E-commerce Kilat, Bagaimana Lazada?
Tokopedia, Bukalapak hingga Shopee merambah layanan belanja kilat atau quick commerce. Bagaimana dengan Lazada?
Dikutip dari Statista, quick commerce merupakan istilah yang menggambarkan bentuk e-commerce dengan pengiriman pesanan dalam jumlah kecil namun cepat.
Produk di platform quick commerce biasanya harus cepat diantar, seperti bahan makanan segar atau produk-produk rumah tangga.
Tokopedia meluncurkan layanan baru yakni Tokopedia NOW! sejak tahun lalu. Pengguna bisa memesan kebutuhan pokok termasuk sembako dalam 15 menit sampai.
E-commerce bernuansa hijau itu menggunakan teknologi geo-tagging untuk menyediakan layanan tersebut.
Shopee mempunyai layanan kilat bernama Shopee Express Instant. Durasi pengiriman maksimal tiga jam setelah diterima kurir. Namun, layanan ini terbatas hanya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung.
Sedangkan Bukalapak menggaet Transmart dari CT Group dan Growtheum Capital Partners meluncurkan platform belanja kebutuhan sehari-hari secara online bernama AlloFresh akhir bulan lalu (28/2).
AlloFresh menawarkan lebih dari 150 ribu stock keeping unit (SKU) dari sekitar 10 ribu pemasok.
Platform itu menawarkan layanan pengiriman cepat dalam waktu tiga jam, serta opsi pengantaran 30 menit di seluruh Indonesia.
Katadata.co.id menghubungi Lazada terkait ada tidaknya rencana merambah quick commerce.
Katadata.co.id juga bertanya dalam konferensi pers virtual dengan VP FMCG Lazada Indonesia Lia Kurtz terkait potensi pasar quick commerce. Namun tak ada tanggapan.
Akan tetapi, Lia menjelaskan bahwa penjualan produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Lazada melonjak enam kali lipat selama 2019 hingga 2022. Barang yang dimaksud termasuk kebutuhan pokok (groceries), kebutuhan ibu dan anak, kesehatan, kecantikan, serta mainan.
Lia mengatakan, jumlah penjual produk FMCG melonjak 10 kali lipat. Sedangkan jumlah konsumen yang berbelanja barang kategori ini meningkat delapan kali lipat.
Produk kesehatan menjadi yang paling pesat pertumbuhannya. "Ini terdorong oleh pandemi Covid-19," kata Lia dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/3).
Lazada mengandalkan sejumlah strategi untuk mendongkrak penjualan produk FMCG. Salah satunya, agresif berkolaborasi dengan merek-merek FMCG dalam dua tahun terakhir.
"Kami berkerja sama dengan Unilever, PNG, L'oreal, Danone Nestle hingga Frisian flag," katanya. "Semua yang dicari ibu-ibu kami siapkan di Lazada.”
Sebelumnya, VP of Investment East Ventures Devina Halim memperkirakan, bisnis quick commerce bertumbuh dan memiliki peluang besar di pasar. “Utamanya, mengingat besarnya pasar bahan makanan yang belum tergarap di Indonesia," kata Devina dalam siaran pers, bulan lalu (8/2).
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, sektor e-commerce memang menawarkan variasi layanan. Alhasil, akan ada banyak inovasi baru untuk mengisi ceruk kebutuhan pasar.
"Layanan instan seperti quick commerce menjadi salah satu inovasi layanan e-commerce. Dia meraup pasar kebutuhan pokok dengan banyak mengirimkan produk segar," kata Edward kepada Katadata.co.id.
SurveySensum juga memprediksi bahwa layanan e-commerce kilat menjadi tren tahun ini. Prediksi itu tertuang dalam laporan bertajuk ‘Tren E-commerce 2022 di Indonesia’.
Riset itu berdasarkan survei kepada 1.000 responden bulan lalu dan membandingkannya dengan data 2021.
Quantitative Research Manager NeuroSensum Indonesia Oscar Simamora mengatakan, survei tersebut menunjukkan bahwa e-commerce akan mengandalkan layanan pengiriman kilat. Alasannya, permintaan melonjak sejak tahun lalu.
"Ini konsumen secara produk mereka menginginkan layanan cepat," kata Oscar dalam konferensi pers virtual, bulan lalu (10/2).
SurveySensum mencatat, pencarian untuk belanja cepat atau quick commerce meningkat 42% tahun lalu.