Ramai Bank Rambah Metaverse di RI, Ahli IT Ingatkan Risiko Keamanan
Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai masif merambah metaverse. Ahli teknologi informasi (IT) pun mengingatkan bahwa risiko keamanan siber di dunia virtual berpotensi lebih masif.
Metaverse merupakan platform berbasiskan Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI). Teknologi ini mampu mewujudkan interaksi di dunia virtual yang unik, selayaknya urban lifestyle di kehidupan nyata.
Peneliti keamanan siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persada mengatakan, bank yang masuk metaverse akan mengadopsi aplikasi atau alat (tools) dunia virtual untuk operasional layanan.
Sepengetahuannya, metaverse mengusung konsep universal, sehingga terjadi cross platform. Ia mencontohkan NFT alias non-fungible token yang dipakai di Sandbox dan Roblox.
Skema cross platform tersebut yang menambah risiko keamanan siber perbankan. “Hal ini harus diantisipasi dari sisi keamanan. Nantinya, celah tidak hanya urusan dari perbankan, tetapi juga dari sisi platform metaverse,” kata Pratama kepada Katadata.co.id, Senin (21/3).
Sedangkan perbankan merupakan salah satu sektor yang diincar oleh peretas (hacker), bahkan sebelum metaverse menjadi tren. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), ada 927 juta upaya serangan siber tahun lalu.
Porsi serangan siber ke industri keuangan, termasuk perbankan sebesar 21,8%.
Pratama mengatakan, salah satu jenis serangan siber yang akan marak menyasar perbankan di metaverse adalah peretasan. Sejauh ini, ada banyak hacker yang membidik aset digital di metaverse, seperti kripto dan NFT.
Selain itu, menurutnya berbagai model serangan baru berpotensi muncul. “Misalnya, rekayasa sosial (social engineering) yang dilakukan lewat karakter aktif di metaverse dan semacamnya,” kata Pratama.
Ia menyarankan agar perbankan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama di bidang keamanan siber. Ini dilakukan sembari meningkatkan kapabilitas keamanan siber.
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya pun menyarankan bank untuk berhati-hati dalam mengadopsi metaverse. “Jangan terlalu cepat adopsi,” ujarnya. “Adopsi metaverse masih terlalu dini di Indonesia.’
Meski begitu, sejumlah bank BUMN sudah merambah metaverse. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk misalnya, menggandeng WIR Group untuk masuk ekosistem metaverse.
Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan, perseroan mengutamakan kenyamanan dan keamanan nasabah. Dengan memperkuat dua aspek itu, cabang virtual di metaverse diklaim akan membawa nasabah pada pengalaman unik.
Kantor cabang virtual di metaverse tidak sekadar melayani kebutuhan perbankan nasabah. BRI akan dapat memberikan edukasi soal perbankan dan layanan digital lainnya yang bisa diakses kapan dan di mana saja.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga merambah ekosistem metaverse dengan menggaet WIR Group. Direktur IT dan Operasi BNI YB Hariantono mengungkapkan, metaverse akan memberikan layanan berbeda dari konsep digital banking akhir-akhir ini.
“BNI tentunya selalu di depan dalam pengembangan layanan digital. Kami tidak hanya mengikuti tren tetapi ikut membangun dunia metaverse ini di Indonesia,” katanya.
“Kami akan membentuk ekosistem bisnis baru di dalamnya, seperti digital branch, digital product, new services, dan engagement kepada konsumen yang attached dengan metaverse,” tambah dia.
Kemudian, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menggaet WIR Group dan menandatangani nota kesepahaman kerja sama pengembangan bisnis ke dalam ekosistem metaverse. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan bahwa kolaborasi ini akan memberikan warna baru, khususnya di sektor perbankan.
Bank Mandiri memandang metaverse sebagai dunia yang dirasa tepat untuk merealisasikan visi beyond banking. "Metaverse merupakan tempat ideal untuk melakukan ekspansi bisnis digital secara menyeluruh tanpa dibatasi oleh ruang fisik," kata Darmawan dalam acara penandatanganan MoU secara virtual, pekan lalu (16/3).
Melalui kolaborasi bersama dengan WIR Group, Bank Mandiri akan menggali lebih lanjut potensi layanan perbankan di metaverse, mulai dari layanan perbankan dasar seperti kantor cabang virtual hingga layanan yang bersifat beyond banking.
Inovasi itu juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sejalan dengan visi pemerintah.
WIR Group merupakan perusahaan di bidang teknologi digital reality, seperti AI, AR, dan virtual reality di Asia Tenggara. WIR merupakan singkatan dari We Indonesians Rock, Rise and Rule. Perusahaan ini berdiri lebih dari 10 tahun.
Perusahaan itu memproduksi programming dan inovasi teknologi AR ke lebih dari 20 negara. Ini dengan bimbingan dari Kementerian Kominfo serta kemitraan dengan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
WIR memiliki lima paten global terkait AR dan terdaftar di nasional maupun PCT yang mencakup 153 negara. Perusahaan teknologi ini diminta berpartisipasi oleh Kementerian Investasi untuk mewakili Indonesia di ajang dunia, antara lain di side event World Economic Forum di Davos 2019 dan 2020.
WIR Group masuk dalam daftar “Metaverse Companies to Watch in 2022” versi majalah bisnis internasional Forbes GE. Daftar tersebut berisi perusahaan teknologi terkemuka dunia seperti Apple, Microsoft hingga Facebook yang berganti nama menjadi Meta.
Sebelumnya, Head of Research & Development Team sekaligus Chief Innovation Officer WIR Group Jeffrey Budiman mengungkapkan, metaverse dapat menjadi pengubah permainan atau game changer inklusi keuangan di Indonesia. Sebab, ruang virtual meruntuhkan batasan ruang dan waktu.
Dengan begitu, layanan perbankan bisa dijangkau oleh nasabah dari seluruh penjuru Indonesia. Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan mencapai 90% pada 2024.