Ada Fenomena Zombi Unicorn, Startup Disarankan Tak Buru-buru IPO

Desy Setyowati
22 Mei 2022, 09:25
startup, ipo, startup ipo, silicon valley
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022).

Perusahaan modal ventura Jungle Ventures menyarankan startup portfolionya untuk tidak buru-buru mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO). Ini karena investor saham mencermati inflasi hingga kebijakan moneter di banyak negara, sehingga terjadi volatilitas pasar.

Founding Partner Jungle Ventures Amit Anand menyampaikan, tiga startup portofolionya menunda rencana IPO. Ia tidak memerinci nama perusahaan rintisan yang dimaksud.

Namun, Kredivo merupakan salah satu startup portofolio Jungle Ventures. Pada Maret, perusahaan teknologi finansial (fintech) ini mengumumkan batal merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC) VPC Impact Acquisition Holdings II.

Anand mengatakan, Jungle Ventures memang menyarankan startup portofolio untuk tidak terburu-buru kembali ke pasar, mengingat volatilitas baru-baru ini dan kendala sisi penawaran.

"Kami melihat sedikit koreksi besar,” kata Anand dikutip dari CNBC Internasional, akhir pekan lalu (19/5). “Jika mereka bisa, mereka harus memperhatikan ini sedikit lebih lama sebelum kembali ke pasar sehingga memiliki sedikit lebih banyak prediktabilitas.”

“Panduan kami secara keseluruhan kepada pengusaha di Asia Tenggara adalah, pasar akan dibatasi dari sisi pasokan dan (jika ada) kebutuhan untuk menopang pasokan, mereka harus lebih berfokus dalam mendapatkannya,” tambah dia.

Menurutnya, hal itu terjadi karena inflasi di banyak negara tinggi. Hal ini mendorong banyak negara menaikkan suku bunga acuan, seperti Amerika Serikat (AS).

“Namun, perusahaan-perusahaan itu pasti akan go public dalam jangka menengah hingga panjang,” katanya. “Janji menjadi CEO suatu perusahaan publik dan keuntungan yang menyertainya, pasti jauh lebih menarik daripada upaya untuk itu.”

Ia pun optimistis pada masa depan perusahaan teknologi di Asia Tenggara yang dapat IPO di masing-masing negaranya maupun global.

Sedangkan volatilitas harga saham juga tengah dirasakan oleh perusahaan teknologi di Silicon Valley, AS. Beberapa di antaranya juga melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK.

Silicon Valley merupakan pusat inovasi di Amerika yang mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Facebook, Google, Netflix, Tesla, Twitter hingga Yahoo. Letaknya di selatan San Francisco, California, AS. Wilayah ini menampung sekitar 2.000 perusahaan teknologi.

Sejumlah perusahaan teknologi di Silicon Valley, AS mencatatkan kinerja buruk dan disebut zombie unicorn. Frasa zombi unicorn merujuk pada perusahaan rintisan bernilai tinggi tetapi goyah dan membutuhkan investor baru untuk menyelamatkan bisnis mereka.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...